realitasonline.id - Pada perdagangan Kamis (28/12/2023) kurs rupiah menguat 0,08% menjadi Rp 15.418 per dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot.
Berdasarkan data dari Jisdor Bank Indonesia di mana kurs rupiah melemah tipis 0,01% ke Rp 15.416 dari Rp 15.414 pada perdagangan hari sebelumnya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, penguatan rupiah didukung oleh indeks dolar AS yang terus menurun ke level terendah dalam 22 minggu terakhir.
Di sisi lain, ekspektasi pasar terhadap berlanjutnya pelonggaran kebijakan ekonomi di China mendorong naiknya sentimen risk-on investor asing di pasar keuangan kawasan Asia Pasifik.
Di mana pihak pemerintah China memberikan sinyal kebijakan ekonomi ke depan akan difokuskan pada peningkatan permintaan domestik, pemulihan ekonomi yang cepat, dan pertumbuhan ekonomi yang stabil.
Tapi, penguatan rupiah terbatasi oleh aksi investor yang menanti data jobless claims dan pending home sales AS yang akan diumumkan Kamis malam ini.
"Data ini guna mendapatkan informasi lebih lanjut terkait perkembangan kondisi ekonomi AS," paparnya.
Hal senada dikatakan, Analis Mata Uang Lukman Leong juga berpendapat, rupiah menguat di tengah sentimen risk-on di pasar dan melemahnya dolar AS.
"Hal ini didorong oleh ekspektasi yang meningkat atas pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada bulan Maret 2024," ucap Lukman.
Meskipun dolar AS masih tertekan, Lukman melihat pergerakannya sudah mendekati oversold.
Investor menantikan data pekerjaan AS berupa klaim pengangguran yang dirilis Kamis (28/12) malam.
Lukman memperkirakan, rupiah berpotensi menguat terbatas di rentang Rp 15.350 per dolar AS-Rp 15.450 per dolar AS pada perdagangan Jumat (29/12).
Sedangkan Josua memprediksi, rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp 15.380 per dolar AS-Rp 15.530 per dolar AS.***