realitasonlie.id - Pada perdagangan Selasa (9/1/2024) usai tertekan di mana kurs rupiah kembali menguat di pasar spot.
Diketahui, kurs rupiah berada di Rp 15.520 per dolar Amerika Serikat (AS) atau menguat tipis 0,04% dibandingkan posisi sebelumnya Rp 15.526 per dolar AS.
Menanggapi hal tersebut, Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, penguatan rupiah lebih karena turunnya indeks dolar ke 102,1.
"Hal itu menghentikan reli baru-baru ini, karena investor tetap absen menjelang data inflasi utama AS pekan ini yang dapat memberikan petunjuk mengenai langkah kebijakan Fed selanjutnya," paparnya,
Sementara menurut, Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana menambahkan, apresiasi rupiah juga didorong naiknya cadangan devisa Indonesia sebesar US$ 8,3 miliar menjadi US$ 146,4 miliar pada Desember 2023.
"Saya pikir ini yang mendorong fundamental Indonesia yang lebih baik," paparnya.
Untuk Rabu (10/1), Fikri memprediksi rupiah akan bergerak mendatar. Tekanan datang dari eksternal dari data trade balance AS.
Menurutnya, jika hasilnya lebih baik dari perkiraan maka berpotensi mendorong naik indeks dolar dan akan menekan rupiah. Meski demikian, tekanan rupiah masih dapat ditahan dengan hasil cadangan devisa yang naik signifikan.
Fikri memproyeksikan rupiah akan bergerak dengan rentang Rp 15.430 - Rp 15.630 per dolar AS. Sutopo juga memperkirakan rupiah akan mendatar dengan berada dikisaran Rp 15.500 - Rp 15.600 per dolar AS.
"Perdagangan kemungkinan akan mendatar karena menunggu data inflasi Amerika pada hari Kamis," imbuh Sutopo.