realitasonline.com - Pada perdagangan terakhir pekan ini. Jumat (8/12/2023) pukul 9,21 WIB, kurs rupiah spot menguat 0,15% ke Rp 15.491 per dolar AS. Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS)
Perdagangan Kemarin, kurs rupiah di pasar spot ditutup pada Rp 15.515 per dolar AS. Dalam sepekan, kurs rupiah spot justru melemah tipis 0,04%.
Di mana, pihak Bank Indonesia mengumumkan cadangan devisa sebesar US$ 138,1 miliar pada akhir November.
Cadangan devisa ini cukup untuk menjaga nilai tukar rupiah, terutama di tengah aliran masuk kembali dana asing dan surplus perdagangan.
"Kami yakin perbaikan persepsi risiko dari kemungkinan The Fed telah mencapai puncak suku bunga mendukung aliran masuk dana asing, terutama di semester kedua 2024 ketika ada lebih banyak bukti pelemahan ekonomi AS dan arah suku bunga The Fed yang lebih terang," kata Aldian Taloputra, ekonom Strandard Chartered kepada Bloomberg.
Standard Chartered memperkirakan, BI akan memangkas suku bunga total 50 basis points di semester kedua 2024.
Rupiah menguat bersama mayoritas mata uang Asia pada Jumat pagi ini. Won Korea memimpin penguatan 1,34% dalam sehari. Penguatan won diikuti oleh yen Jepang, dolar Taiwan, dolar Singapura, rupiah, ringgit Malaysia, dan yuan offshore.
Sementara peso Filipina, baht Thailand, yuan China, dan dolar Hong Kong melemah terhadap the greenback.
Di sisi lain, indeks dolar yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia menguat ke 103,58 dari posisi kemarin 103,54. Dalam sepekan, indeks dolar menguat 0,3%.
Sebelumnya, Phintraco Sekuritas memprediksi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan menguat terbatas menguji resistance di 7.180 pada perdagangan Jumat (8/12). Pada Kamis (7/12), IHSG naik 0,67% ke level 7.134,62.
Menanggapi hal tersebut, Analis Phintraco Sekuritas Alrich Paskalis Tambolang mengatakan, secara teknikal, IHSG bertahan di atas garis MA5 meski Stochastic RSI telah memasuki overbought area. Support IHSG berada di level 7.100 dan resistance di 7.180.
Sentimen eksternal berasal dari perilisan sejumlah data ekonomi. AS akan merilis data U.S. Michigan Consumer Sentiment (Prel.) Jumat malam (8/12). Hasilnya diperkirakan naik ke 62 di Desember 2023 dari 61,3 di November 2023.
Kenaikan consumer sentiment mengindikasikan keyakinan pasar terhadap outlook ekonomi AS. "Hal ini sekaligus memperkuat keyakinan bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga acuan di FOMC Desember mendatang," kata Alrich.
Masih dari eksternal, data ekonomi lain yang akan rilis adalah data ketenagakerjaan AS, yakni non farm payrolls yang diperkirakan naik ke 180 ribu di November 2023 dari 150 ribu di Oktober 2023. Lalu, ada tingkat pengangguran yang diperkirakan stabil di 3,9% pada November 2023.