ekonomi

Harga Minyak Mentah Cenderung Menguat dalam Sepekan Terakhir Meski Tertekan Libur Panjang

Minggu, 24 Desember 2023 | 10:50 WIB
Harga minyak naik dalam sepekan karena berita ekonomi AS yang positif dan kekhawatiran serangan kapal Houthi akan meningkatkan biaya pasokan.

realitasonline.id - Harga minyak mentah cenderung menguat dalam sepekan terakhir dikarenakan walaupun tertekan jelang libur panjang di pasar spot.

Harga minyak Mentah naik dalam sepekan karena berita ekonomi AS yang positif dan kekhawatiran serangan kapal Houthi akan meningkatkan biaya pasokan.

Di mana harga minyak mentah Brent kontrak Februari 2024 di ICE Futures turun 0,40% ke US$ 79,07 per barel pada perdagangan Jumat (22/12). Dalam sepekan, harga minyak acuan internasional ini menguat 3,29%.

Sedangkan harga minyak mentah WTI kontrak Februari 2024 di New York Mercantile Exchange turun 0,45% ke US$ 73,56 per barel pada Jumat (22/12). Sedangkan dalam sepekan, harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) ini melonjak 2,47%.

Sementara, harga minyak mentah melanjutkan kenaikan setelah naik kurang dari 1% pada minggu lalu.

Di Timur Tengah, lebih banyak kapal induk mengatakan mereka menghindari Laut Merah karena serangan terhadap kapal yang dilakukan oleh kelompok militan Houthi yang didukung Iran. Serangan ini merupakan respons terhadap perang Israel di Gaza.

Serangan tersebut telah menyebabkan gangguan di Terusan Suez, yang menangani sekitar 12% perdagangan dunia.

Perusahaan pengirim besar Maersk dan CMA CGM mengatakan mereka akan mengenakan biaya tambahan terkait dengan pengalihan rute kapal.

“Penghentian pasokan secara langsung bukan satu-satunya alasan harga minyak akan tergerak oleh situasi Laut Merah; tarif pengangkutan dan biaya asuransi meningkat,” kata analis PVM John Evans kepada Reuters.

Sementara itu di Afrika, keputusan Angola untuk keluar dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dapat membuka jalan bagi China untuk meningkatkan investasi di sektor minyak dan sektor lainnya di negara tersebut. Angola memproduksi sekitar 1,1 juta barel minyak per hari.

“Produksi minyak Angola akan membutuhkan waktu untuk meningkat bahkan jika Tiongkok melakukan tindakan besar-besaran,” kata Phil Flynn, analis di Price Futures Group.

Dia menambahkan bahwa data inflasi AS dan serangan Houthi di Laut Merah seharusnya lebih mendukung harga minyak dibandingkan kenaikan produksi Angola di masa depan.

Sedangkan, di Irak, juru bicara Kementerian Perminyakan Asim Jihad menegaskan dukungan Irak terhadap perjanjian OPEC+ dan komitmennya terhadap pengurangan minyak secara sukarela. OPEC+ mencakup OPEC dan sekutunya seperti Rusia.

Di AS, angka inflasi utama lebih rendah dari perkiraan, meningkatkan optimisme investor bahwa Federal Reserve (Fed) AS akan menurunkan biaya pinjaman tahun depan. Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya pinjaman konsumen, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.

Ekspektasi bahwa The Fed kemungkinan besar akan menurunkan suku bunga tahun depan juga membantu menurunkan dolar AS ke level terendah sejak Juli terhadap sejumlah mata uang lainnya untuk hari kedua berturut-turut.

Halaman:

Tags

Terkini

Cek Indikasi Kerusakan dan Perawatan Karet Pintu Mobil

Kamis, 27 Februari 2025 | 06:55 WIB

Ungkap Efek Mobil Jarang Digunakan

Jumat, 31 Januari 2025 | 16:28 WIB