Mafia Bola Ada di Mana-mana

- Selasa, 1 Oktober 2019 | 00:00 WIB

JAKARTA - Realitasonline | Mafia bola ternyata tak cuma beraksi di level profesional. Mereka ada di mana-mana, bahkan di pekan olahraga provinsi dan kompetisi usia dini.

Kasus pengaturan skor menjadi sorotan setelah Aceh United vs PSMP Mojokerto pada November 2018. Penalti Krisna Adi Darma Tama konyol tak masuk ke gawang hingga membuat PSMP tak mampu menyamakan kedudukan.

Aceh United akhirnya berhasil menjadi pemenang dalam pertandingan di stadion Cot Gapu, Bireuen, Aceh. PSMP pun gagal ke babak empat besar, padahal mereka tinggal butuh tambahan satu poin untuk lolos.

Secara kasat mata, eksekusi Krisna Adi tak mengarahkan bola ke gawang. PSMP pun diduga memberi jalan pada Semen Padang dan Kalteng Putra untuk melaju ke babak empat besar.
Banyak stakeholder sepakbola yang bereaksi.

Talkshow Mata Najwa dengan tajuk 'PSSI Bisa Apa?' yang ditayangkan oleh Trans7 pada akhir November 2018 membuka tabir mengenai pengaturan skor. Ujungnya, Satgas Anti Mafia Bola terbentuk usai talk show 'PSSI Bisa Apa Jilid 2'.

Dalam acara itu, muncul whistle blower baru. Eks manajer Persibara Banjarnegara, Lasmi Indaryani, menyebutkan orang dalam PSSI yang menjadi bagian mafia. Beberapa orang, termasuk anggota Komisi Disiplin Dwi Irianto dan ketua asosiasi provinsi PSSI Jawa Tengah Johar Lin Eng, pada prosesnya ditangkap oleh pihak berwajib dan dijadikan tersangka.

Tak cuma di level liga profesional, parahnya kompetisi usia dini dan kelas pekan olahraga provinsi pun juga diatur.
"Saya merasa ditipu beberapa kali. Kami ditawari juara Piala Soeratin tapi tidak juga. Kalah, tapi tagihan di belakang sekitar Rp 150 juta. Di Porprov juga dijanjikan juara dengan bayaran dengan Rp 100 juta untuk sepakbola, dan Rp 75 juta untuk futsal," kata Lasmi kala itu.

Halaman:

Editor: realitasonlineid@gmail.com

Terkini

Pengurus PSBL Langsa Periode 2023-2027 Dilantik

Senin, 13 Maret 2023 | 06:14 WIB

Kodim 0208/AS Kalahkan Polres Asahan 1-0

Jumat, 10 Maret 2023 | 21:53 WIB
X