Tapanuli Selatan – Realitasonline.id | Sebagai wujud kepedulian sosial sekaligus implementasi nyata Tri Dharma Perguruan Tinggi, Yayasan Medan Business & Polytechnic (MBP) yang menaungi Universitas dan Politeknik Mandiri Bina Prestasi (MBP) bergerak cepat merespons bencana alam yang melanda wilayah Tapanuli Selatan dan Kota Sibolga, Sumatera Utara.
Melalui tim relawan yang tergabung dalam Gerakan Sosial Mahasiswa MBP, Kampus MBP tidak hanya menyalurkan bantuan logistik bagi masyarakat terdampak, tetapi juga menghadirkan pendampingan psikososial (trauma healing) khusus bagi anak-anak korban bencana.
Sebelum terjun ke lokasi, para mahasiswa MBP terlebih dahulu menggalang donasi selama kurang lebih satu minggu. Donasi tersebut berhasil dihimpun dari berbagai pihak, mulai dari masyarakat umum, dosen, hingga mahasiswa di lingkungan Kampus MBP. Dukungan signifikan juga datang dari Yayasan Medan Business & Polytechnic (MBP) serta Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) STA PJJ Getsmani, yang turut berperan aktif dalam memperkuat misi kemanusiaan ini.
Rombongan relawan mahasiswa Kampus MBP berada di lokasi bencana sejak 14 hingga 17 Desember 2025, membawa misi kemanusiaan untuk meringankan beban warga terdampak. Bantuan yang disalurkan meliputi kebutuhan pokok mendesak seperti beras, mi instan, air bersih, pakaian layak pakai, serta obat-obatan ringan yang diserahkan langsung kepada masyarakat di lokasi pengungsian.
Ketua Yayasan Medan Business & Polytechnic (MBP), Christianto Y. V. Tarigan, S.E., M.H., CCD., didampingi Timothy Adiprima Tarigan, S.T. selaku Bendahara Yayasan MBP, bersama jajaran pimpinan dan struktural Universitas serta Politeknik Mandiri Bina Prestasi, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan panggilan nurani seluruh civitas akademika MBP.
“Kita hadir bukan sekadar membawa bantuan materi, tetapi juga membawa dukungan moril. Kami ingin memastikan saudara-saudara kita di Tapanuli Selatan dan Sibolga, terutama anak-anak, tahu bahwa mereka tidak sendirian menghadapi musibah ini,” ujar Christianto saat melepas keberangkatan relawan pada 14 Desember 2025.
Hal senada disampaikan oleh Timothy Adi Prima Tarigan, S.T., yang menekankan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari proses pendidikan karakter mahasiswa.
“Ini bukan sekadar penggalangan donasi, melainkan pembelajaran nyata tentang empati sosial dan kepemimpinan. Untuk kegiatan trauma healing, mahasiswa telah dibekali pendekatan persuasif agar anak-anak bisa kembali ceria dan tidak larut dalam kesedihan. Pengalaman terjun langsung ke lapangan diharapkan membentuk kepekaan sosial yang kuat bagi para mahasiswa,” ungkapnya.
Salah satu sorotan utama dalam aksi kemanusiaan ini adalah program trauma healing bagi anak-anak korban bencana. Pasca-bencana, kondisi psikologis anak-anak kerap terguncang akibat rasa takut, kehilangan, dan perubahan drastis dari rutinitas sehari-hari.
Para mahasiswa Kampus MBP mengajak puluhan anak di lokasi pengungsian untuk bermain, bernyanyi, mendongeng, serta mengikuti berbagai permainan edukatif. Perlahan, gelak tawa kembali terdengar di tenda-tenda pengungsian—menjadi tanda awal pulihnya semangat dan harapan anak-anak yang terdampak.
Baca Juga: PWI Sumut Gelar Seleksi Anggota Muda dan Kenaikan Status Anggota Biasa: Tingkatkan Profesionalitas