Namun kegagalan tersebut tidak membuatnya menyerah. Hingga kini, Misnah terus mempelajari berbagai jenis tanaman dan berupaya meningkatkan kualitas serta hasil pertaniannya. Ia bahkan memiliki cita-cita untuk berkontribusi dalam mendukung ketahanan pangan nasional.
“Saya ingin bisa menjadi pemasok hasil bumi untuk kebutuhan masyarakat. Bertani itu sebenarnya sangat menjanjikan kalau dikelola dengan serius,” ujarnya.
Dalam satu tahun tertentu, Misnah mengaku hasil panennya bahkan cukup untuk membeli dua unit mobil. Dari pertanian dan usaha jual buah yang dijalaninya, ia mampu mencukupi kebutuhan keluarga sekaligus meningkatkan taraf hidup.
Di halaman rumahnya, terlihat beberapa kendaraan terparkir, termasuk mobil pribadi dan bus. Namun kesuksesan tersebut tidak lepas dari sorotan sebagian masyarakat. Misnah mengaku kerap mendapat tudingan miring, bahkan dituduh melakukan korupsi di tempatnya bekerja.
“Ada saja yang menuding macam-macam. Bahkan ada yang bilang aset saya milik orang lain. Padahal semua ada hasilnya dari bertani,” katanya.
Meski demikian, Misnah memilih tetap fokus bekerja dan mengajar. Di sela kesibukan bertani, ia tetap menjalankan tugasnya sebagai guru dan menyempatkan waktu untuk berkumpul bersama keluarga.
“Yang penting kerja jujur dan tidak merugikan siapa pun,” tutupnya.(zul)