realitasonine.id - Setahun sejak April 2022 harga Bitcoin (BTC) kembali melonjak, melewati angka US$ 44.000 atau sekitar Rp 683 juta. Kenaikan ini merupakan level harga tertinggi.
Menanggapi hal tersebut, Trader dari Tokocrypto Fyqieh Fachrur menilai apresiasi ini didukung oleh beberapa faktor kunci, misalnya, narasi mengenai ETF Bitcoin spot terus menjadi sorotan.
Dia menjelaskan ETF Bitcoin akan menciptakan akses yang lebih besar terhadap bitcoin bagi lebih banyak investor ritel dan institusi. "Memberikan peluang untuk terpapar pada aset digital,” ujarnya dalam keterangan resmi.
Kemudian, terakait tekanan dari kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) mulai mereda, memungkinkan para pemain besar untuk mendorong harga lebih tinggi.
Selain itu, hal ini menciptakan 'Fear of Missing Out' (FOMO) di kalangan investor ritel, yang memperkuat tren akumulasi positif.
Sambungnya, sebagian besar investor optimis bahwa BTC akan mencapai harga yang lebih tinggi menjelang akhir tahun dan akan mengakhiri tahun dengan tren positif.
Banyak yang memprediksi bahwa Bitcoin akan mencapai kembali all-time high (ATH) yang terjadi pada tahun 2021 dalam waktu dekat.
"Mungkin Bitcoin tidak akan mencapai rekor tertinggi (ATH) dalam 'satu kali jalan', terutama mengingat faktor seperti halving yang akan datang. Dan jika belum ada proposal ETF yang disetujui, maka Bitcoin mungkin mengalami koreksi," ujarnya.
Dalam hal ini, Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika (SEC) diperkirakan akan mengambil keputusan mengenai proposal ETF Bitcoin spot yang diajukan oleh beberapa institusi keuangan tradisional seperti BlackRock, Ark Invest, dan 21Shares pada awal tahun 2024.
Meskipun SEC awalnya menolak proposal tersebut dengan alasan kekhawatiran akan keamanan investor dan potensi manipulasi pasar kripto.
Kini tampaknya semakin mungkin bahwa ETF Bitcoin spot pertama akan diperdagangkan di bursa utama Amerika Serikat pada tahun 2024.
Selain itu, keputusan the Fed untuk mulai menurunkan suku bunga pada paruh pertama tahun 2024 juga dapat mempengaruhi BTC dan aset berisiko lainnya.
Menurut FedWatch Tool CME, probabilitas penurunan suku bunga AS sebesar 25bps pada bulan Maret sekitar 60%, meningkat dari 50% di minggu sebelumnya.
Ini juga berdasar proyeksi kebijakan The Fed yang akan menahan suku bunganya pada FOMC pekan depan.