realitasonline.id - Pada perdagangan tengah hari ini. Senin (11/12/2023) hingga pukul 12.00 WIB di mana Kurs rupiah terus tertekan berada di level Rp 15.617 per dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot.
Ternyata, hal ini membuat rupiah spot melemah 0,63% dibanding penutupan Jumat (8/12) yang berada di level Rp 15.518 per dolar AS. Pergerakan rupiah sejalan dengan mayoritas mata uang di Asia.
Siang ini, hampir seluruh mata uang di kawasan melemah. Di mana, hanya rupee India yang menguat tipis 0,003% terhadap the greenback pada perdagangan tengah hari ini.
Sementara itu, won Korea Selatan menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia setelah anjlok 0,94%. Diikuti, yen Jepang yang koreksi 0,47%.
Berikutnya, baht Thailand yang turun 0,43% dan dolar Taiwan yang tertekan 0,40%. Lalu ada peso Filipina dan ringgit Malaysia yang terdepresiasi, masing-masing 0,37% dan 0,35%.
Selanjutnya, yuan China yang tergelincir 0,24%. Disusul, dolar Singapura yang turun 0,09% dan dolar Hongkong yang melemah tipis 0,008% pada siang ini.
Diketahui awal perdagangan Senin (11/12/2023), pukul 09.00 WIB kurs rupiah spot dibuka langsung tertekan di level Rp15.590 per dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot.
Kondisi ini membuat kurs rupiah melemah 0,46% dibanding penutupan Jumat (8/12) di Rp 15.518 per dolar AS. Pergerakan rupiah seluruh mata uang di Asia.
Sedangkan, seluruh mata uang di kawasan melemah. Di mana, won Korea Selatan menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia setelah anjlok 0,88%.
Sementara, baht Thailand yang tertekan 0,44% dan dolar Taiwan yang tergelincir 0,37%. Lalu ada yen Jepang yang turun 0,34%.
Berikutnya, ringgit Malaysia yang koreksi 0,28%. Disusul, peso Filipina dan yuan China yang terdepresiasi, masing-masing 0,24% dan 0,15%.
Kemudian, dolar Singapura yang tergelincir 0,07% dan dolar Hongkong yang melemah tipis 0,04% terhadap the greenback di pagi ini.
Diketahui, nilai tukar rupiah bergerak cenderung melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam sepekan yang berakhir Jumat (8/12).
Pelemahan tipis terjadi di tengah sikap wait and see investor yang mengantisipasi data tenaga kerja AS.