Sayangnya, Lele Leila selaku penulis skenario seperti kebingungan dalam merangkai ceritanya walaupun sudah bersumber dari komik.
Dia seperti tidak paham ingin bercerita tentang film reliji yang memberikan pengajaran yang bertujuan untuk “menginsafkan” penonton.
Sama halnya dengan Sijjin, film yang juga ditulis oleh Lele Leila belum lama ini, di mana setiap karakternya tidak memiliki backgrond cerita yang kuat hingga membuat penonton tidak bisa berinvestasi emosi.
Pada tiap karakter-karakternya, baik yang terkena siksa neraka, maupun karakter-karakter orangtua yang ditinggalkannya.
Esensi penyiksaan demi penyiksaan di neraka pun pada akhirnya terasa kurang kuat karena lemahnya cerita dan karakter-karakter utama yang ada.
Walaupun begitu, CGI yang digunakan di dalam film ini boleh dikatakan cukup bagus.
Sobat teater yang lemah jantung dijamin akan dibuat meringis ketakutan atau bahkan ikut kesakitan karena cukup realistisnya CGI yang digunakan tadi.
Walaupun mungkin akan terlihat sedikit kontroversial, karena sepemahaman penulis, ajaran Islam tidak mengajarkan penggambaran neraka dan penghuninya seperti yang ada di dalam film ini.
Pada akhirnya, apakah film ini akan “menginsafkan” para penontonnya? Well, itu kembali ke sobat teater yang menonton film ini. Tapi bolehlah jika suatu saat nanti ada sineas Indonesia.
Yang juga berniat mengangkat komik berjudul Taman Firdaus karya KT Ahmar ke medium film sebagai pembanding atas film ini kelak.***