realitasonline.id - Berdasarkan pergerakan di pasar spot Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 5,65% sejak awal tahun meski bergerak lambat.
Perdagangan di Asia Tenggara, kinerja IHSG hanya kalah oleh indeks utama saham Vietnam yang melesat 9,53%. Sementara indeks saham Thailand, Singapura, Malaysia, dan Filipina turun.
Di mana kinerja IHSG di Asia tak lebih baik. Karena bursa saham Taiwan, Korea Selatan, Jepang, dan India naik dobel digit sejak awal tahun hingga akhir pekan ini.
Menanggapi hal tersebut, Analis Phillip Sekuritas Helen Vincentia melihat, IHSG masih bisa bergerak positif di tahun depan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan IHSG di tahun 2024 antara lain adalah kebijakan suku bunga The Fed yang diprediksi tak terlalu agresif.
“Bank sentral Amerika Serikat (AS) ini diproyeksikan akan mulai menurunkan suku bunga acuan di tahun 2024. Selain itu, rilis data ekonomi global juga akan mempengaruhi,” paparnya.
Di menjelaskan dengan sentimen di atas, Helen memproyeksikan, IHSG akan bergerak naik ke level 7.789 pada tahun 2024.
Sementara, sektor yang akan berkinerja baik di tahun 2024 adalah sektor perindustrian dan real estat. Hal itu didorong oleh kebijakan suku bunga The Fed yang mulai melandai.
“Saham pilihan kami adalah JSMR, IPCC, BIRD, dan CTRA,” jelasnya.
Tim Equity Research BRI Danareksa juga memiliki opini dengan nada positif terkait kinerja pasar saham Indonesia di tahun 2024. Pertumbuhan laba per saham atawa earning per share (EPS) sebesar 5%-7% pada tahun 2024-2025.
Namun, Tim Equity Research BRI Danareksa memperkirakan pertumbuhan sektor perbankan akan melambat, sejalan dengan tren historis selama tahun pemilu. Namun, kinerja pertumbuhan bisa lebih baik untuk sektor telekomunikasi, yaitu naik 12% secara tahunan.
“Kami melihat adanya peningkatan dalam pertumbuhan pendapatan perusahaan-perusahaan telekomunikasi hingga tahun 2025 karena pinjaman bank dan pertumbuhan pendapatan akan kembali meningkat pasca-pemilu,” ujar Analis BRI Danareksa Sekuritas Erindra Krisnawan dalam riset BRI Danareksa tertanggal 5 Desember 2023.
Meskipun daya beli masih lemah dan likuiditas masih ketat di kuartal IV 2023, Erindra melihat, konsumsi domestik di tahun 2024 masih terlindung dari belanja pemilu, khususnya di semester I 2024.
Lalu, bantuan sosial bisa naik 12% secara tahunan dan ada ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk mendukung likuiditas melalui kebijakan makroprudensial.
Prospek pertumbuhan domestik setelah tahun 2024 akan didukung oleh belanja pemerintah yang lebih tinggi, yang diperkirakan akan menjadi kebijakan pada masa jabatan pertama pemerintahan baru.