Harga Tembaga Berjangka Turun ke Level Terendah dalam Hampir Satu Bulan di Tengah Rebound Dolar AS

photo author
- Selasa, 9 Januari 2024 | 23:44 WIB
Harga Tembaga Berjangka Turun ke Level Terendah dalam Hampir Satu Bulan di Tengah Rebound Dolar AS
Harga Tembaga Berjangka Turun ke Level Terendah dalam Hampir Satu Bulan di Tengah Rebound Dolar AS

realitasonline.id -Berdasarkan data tradingeconomics.com, harga tembaga berada di level US$ 3,78/LB atau turun 1,64% secara mingguan per perdagangan Selasa (9/1) pukul 17.03 WIB.

Harga logam industri kompak memperlihatkan penurunan pada awal tahun 2024 ini.  Kemudian, per tanggal 8 Januari 2024, harga timah terkoreksi 3,60% secara mingguan menjadi US$ 24.500/ton.

Dan harga nikel turun 1,85% dalam seminggu ke level US$ 16.072/ton. Tak ketinggalan, harga alumunium pun merosot 4,41% secara mingguan menjadi US$ 2.232,50/ton di penutupan perdagangan Selasa (9/1).

Menanggapi hal tersebutPresiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, tembaga berjangka turun ke level terendah dalam hampir satu bulan di tengah rebound dolar Amerika Serikat (AS).

Ketidakpastian permintaan, dan peningkatan stok. Penguatan dolar AS terjadi seiring berkurangnya ekspektasi terkait sejauh mana pelonggaran kebijakan moneter The Fed tahun ini.

"Faktor tersebut mengangkat dolar AS yang digunakan untuk menentukan harga acuan tembaga dan menekan daya beli importir," ucap Sutopo.

Permintaan dari pelanggan utama di Asia, yakni China juga menjadi sorotan setelah penurunan tajam pada data PMI manufaktur China.

Data dari Shanghai Futures Exchange juga menunjukkan bahwa persediaan di gudang-gudang utama China naik 8% menjadi 33.130 ton pada minggu pertama bulan Januari 2024.

Kemudian, harga timah juga tertekan karena lesunya kondisi makroekonomi di China sebagai negara produsen maupun konsumen timah terbesar di dunia. Melemahnya kondisi makroekonomi China menekan harga komoditas ini sejak Oktober 2023.

Lalu, nikel berjangka turun di bawah US$ 16.500 per ton, tidak jauh dari posisi terendah dalam tiga tahun terakhir. Tekanan harga ini terjadi karena kuatnya pasokan dari produsen terkemuka dunia, yaitu Indonesia, Filipina, dan China.

Menurut perkiraan terbaru dari International Nickel Study Group, pasokan nikel melampaui permintaan sebesar 223.000 metrik ton pada tahun 2023 dan kesenjangan tersebut diperkirakan akan melebar menjadi 239.000 metrik ton pada 2024.

"Hal ini disebabkan oleh melemahnya penggunaan akibat perlambatan ekonomi global, khususnya pemulihan yang rapuh di China," ungkap Sutopo.

Di sisi lain, ada harapan bagi harga nikel dari penurunan suku bunga oleh bank sentral utama dan prospek permintaan yang lebih kuat, yakni 3,47 juta ton pada 2024 dibanding 3,20 juta ton pada 2023.

Permintaan yang lebih kuat ini seiring dengan meningkatnya penggunaan nikel dalam baterai kendaraan listrik dan kebangkitan kembali sektor baja tahan karat.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Cut Yuliati

Tags

Rekomendasi

Terkini

Cek Indikasi Kerusakan dan Perawatan Karet Pintu Mobil

Kamis, 27 Februari 2025 | 06:55 WIB

Ungkap Efek Mobil Jarang Digunakan

Jumat, 31 Januari 2025 | 16:28 WIB
X