"Dengan hadirnya FGD untuk akademisi ini, tentunya akan meneruskan kepada anak didiknya atau generasi muda lainnya mengenai bahaya paham radikalisme," kata Ahmad.
BACA JUGA: Diawali di Kendal, Panggung Kahanan Tur 6 Kota di Jateng
Diungkapkannya, seperti kasus yang terjadi sekarang ini, bahwa hal itu menunjukan akar radikalisme yang menuju ke terorisme. Hal ini sangat membahayakan generasi muda bangsa ini.
"Seperti kasus bom bunuh diri Makasar yang terjadi beberaoa waktu lalu, kedua pelaku bom bunuh diri ini juga masih muda dan melinial, bahkan baru menikah enam bulan, serta kejadian di mabes Polri yang dilakukan anak muda, hal ini menjadi keprihatinan Mabes Polri," ungkapnya.
Radikalisme yang mengarah ke terorisme itu mulai merambah ke generasi muda, dan hal ini sangat membahayakan anak anak muda sekarang. Karenanya program kontra radikal ini harus dilakukan oleh semua pihak.
Dijelaskannya, bahwa Divhumas Mabes Polri akan melaksanakan kegiatan ini di 24 Polda yang ada di seluruh Indonesia. Dalam kegiatan ini, melibatkan tiga fungsi yaitu Intelejen, Bimas dan Bidhumas.
"Sedangkan untuk Bidhumas sendiri, hanya melaksanakan peliputannya atau aplikasi pemberitaannya. Namun kita diminta Kepala Densus Mabes Polri, untuk menyampaikan pesan tersebut, sehingga generasi muda tidak mudah terpengaruh paham radikalisme," jelasnya.
Mantan pelajar dari Suriah, Muhammad Najih Arromadloni, menuturkan, bahwa kegiatan FGD ini dengan mensosialisaikan mengenai paham radikalisme yang terjadi sekarang ini hingga menjadi aksi teror di Indonesia. Merupakan tugasnya untuk menyampaikan hal ini sebagai Tokoh Masyarakat.