BLANGPIDIE - realitasonline.id | Sejumlah petani di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) menghadapi banyak kendala dalam masa tanam padi rendengan tahun 2023, salah satunya tarif bajak sawah tinggi juga ketersediaan air terbatas akibat kemarau panjang dari tahun 2022 lalu.
Salah seorang Keujruen Blang (lembaga adat sawah) di Gampong Ie Lhob, Kecamatan Tangan-Tangan, Abdya, Basri di Blangpidie, Kamis (19/1/2023) mengatakan bahwa tarif bajak sawah musim rendengan ini meningkat disebabkan imbas dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM)
Disamping naik harga BBM, lanjut dia, kebanyakan petani mengolah lahan sawahnya dengan mengunakan jasa alat pertanian (Alsintan) milik swasta, karena kemampuan traktor 4WD milik Pemerintah setempat sudah terbatas dan ada yang rusak. Sehingga tidak mampu menghandle seluruh lahan-lahan sawah di sembilan kecamatan dalam Kabupaten Abdya.
"Tarif traktor milik Pemerintah daerah ini memang murah hanya Rp600 ribu/hektare atau Rp200 ribu/naleh (sepertiga hektare), cuma proses pengolahan sawah lama. Takutnya datang lagi kemarau panjang, bisa lambat proses tanam karena tidak ada air," ungkapnya.
Untuk mengantisipasi keterlambatan tanam padi serentak pada musim rendengan ini, para petani di daerahnya sepakat menurunkan traktor milik swasta meskipun tarif-nya Rp320.000/naleh atau Rp960.000/hektare.
"Tidak apa-apa mahal, yang penting program tanam padi serentak yang telah di canangkan oleh pemerintah ini sukses. Mudah-mudahan hasil panen kedepan melimpah seperti tahun-tahun sebelumnya," pinta Basri.
Lebih lanjut, Basri berharap para petani yang sawahnya belum dibajak agar segera memperbaiki pematang sawah supaya air dapat tertampung dalam bedengan sehingga proses bajak sawah menjadi lancar.
