Realitasonline.id-Tapanuli Selatan | Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, mengalami bencana banjir bandang yang melanda sejumlah desa pada Sabtu dini hari (23/11). Peristiwa ini mengakibatkan dua orang meninggal dunia dan beberapa warga lainnya mengalami luka-luka.
Hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut sejak Jumat (22/11) malam menjadi pemicu luapan air yang membawa material lumpur, kayu, dan merusak berbagai fasilitas umum.
Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), banjir bandang melanda tiga desa di Kecamatan Sayur Matinggi dan Batang Angkola, yaitu Desa Sipange Siunjam, Desa Huta Padang, dan Desa Hurase.
Kepala Desa Sipange Siunjam, M Yusuf, menjelaskan bahwa banjir di Tapanuli terjadi sekitar pukul 02.00 WIB, saat banyak warga sedang tertidur. Meskipun hujan tidak terlalu deras, banjir tiba-tiba datang membawa material berbahaya.
Baca Juga: Menjelang Pilkada Serentak, Polres Padangsidimpuan Latihan Gabungan Tingkatkan Kesiapsiagaan
“Dua warga yang meninggal dunia adalah Parlaungan Pulungan (70) dan Dirman Nainggolan (55). Puluhan warga lainnya mengalami luka berat dan ringan,” ujar M Yusuf.
Korban luka saat ini dirawat di rumah sakit, puskesmas, serta rumah-rumah warga setempat.
Selain korban jiwa, lima rumah di Desa Sipange Siunjam dilaporkan hanyut terbawa banjir. Sebuah bangunan sekolah dasar juga mengalami kerusakan berat akibat material yang terbawa air.
Tim gabungan yang terdiri dari BPBD Tapanuli Selatan, TNI, Polri, dan relawan kebencanaan telah melakukan evakuasi dan upaya pemulihan di lokasi terdampak.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menyebutkan bahwa posko pengungsian sementara telah didirikan untuk menampung warga terdampak. Bantuan darurat berupa makanan siap saji, air bersih, dan perlengkapan dasar telah mulai disalurkan.
Baca Juga: Peringatan Hari Guru Nasional ke-30 di Sergai, Mendikbud: Guru Hebat Indonesia Kuat
Pelayanan kesehatan menjadi prioritas utama, selain perbaikan infrastruktur seperti akses jalan dan fasilitas umum yang rusak. Abdul Muhari menambahkan bahwa proses pendataan kerugian material dan jumlah warga terdampak masih terus berlangsung.
“Kami terus mengimbau masyarakat di wilayah rawan bencana untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama pada musim hujan yang berpotensi memicu banjir bandang atau bencana lainnya,” ujar Abdul.
BNPB menekankan pentingnya langkah mitigasi, seperti mengenali jalur evakuasi, menyimpan dokumen penting di tempat aman, dan segera melapor kepada pihak berwenang jika ada tanda-tanda bencana.