Realitasonline.id - Toba | Peristiwa banjir bandang, kembali terjadi di Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon-Parapat, Minggu 16 Maret 2025 menimbulkan rasa kaget banyak pihak.
Menurut data dari berbagai seumber terpercaya, tujuh tahun terakhir, telah terjadi setidaknya lima kali bencana banjir bandang. Sejak pertama 15 Desember 2018, banjir terjadi di Desa Sibaganding menelan 1 korban jiwa.
Kedua Banjir Bandang Minggu 30 Desember 2018), Senin (31/12/2018), Selasa 1 Januari 2019 dan Kamis, 3 Januari 2019, Dimana Lumpur, bebatuan dan log kayu menerjang Jembatan Kembar Parapat.
Baca Juga: Tinjau Banjir Bandang Padangsidimpuan, Gubernur Bobby Nasution: Kami Bantu Semampu Kami
Ketiga, 11 Juli 2020, material batu dan kayu menghantam bangunan gereja HKBP Pardomuan, Sualan dan merusak lima rumah warga dan perladangan penduduk. Keempat, Kamis 13/05/2021 banjir bandang melanda Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Parapat, Kabupaten Simalungun, tepatnya di Bangun Dolok dan Sualan.
Material kayu, lumpur dan batu merusak rumah-rumah warga di beberapa titik, titik terparah di Huta Bangun Dolok, Kampung Buntu Malasang, Nagori Sibaganding, Huta Sualan (tepat di samping Gereja HKBP).
Kelima yang baru terjadi kemarin Minggu, 16 Maret 2025, banjir bandang kembali terjadi di Kelurahan Parapat, Girsang Sipangan Bolon. Kali ini dampaknya lebih meluas. Diperkirakan ada 133 KK terdampak banjir, 11 rumah rusak parah, puluhan hektar ladang rusak, dan fasilitas umum (lalu lintas) termasuk sumber air bersih terganggu akibat luapan sungai Aek Batugaga.
Baca Juga: Bobby Nasution Tinjau Banjir Padangsidimpuan, Janjikan Bantuan Pemulihan Pasca Banjir Bandang
Berdasarkan laporan hasil kajian dan investigasi dari beberapa civil society dan aktivis pembela lingkungan hidup, terjadi penurunan luasan kawasan hutan lindung, disebabkan adanya pembukaan kawasan hutan lindung di kecamatan Sipangan Bolon oleh banyak pihak. Tutupan hutan diperkirakan berkurang lebih dari seribuan hektar sampai tahun 2025.
Di sisi lain, masyarakat kita, juga merupakan masyarakat yang sabar dan tangguh menghadapi bencana, lalu mungkin cenderung lupa dan merasa tidak berdaya, sehingga relatif permisif terhadap pengrusakan hutan dan lingkungan.
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) bersama dengan beberapa perwakilan Pimpinan Gereja, yakni HKI, GKPI, GKPS, GPP, GMI, JPIC Keuskupan Agung Medan dan unsur Masyarakat sipil WALHI Sumut, KSPPM, AMAN, Auriga Nusantara juga dari kalangan akademisi dari IAKN dan STT ITA Bandar Baru yang hadir besama Ompui Ephorus HKBP Pdt. Dr. Tinambunan menyampaikan ungkapan belarasa yang tulus dan mendalam kepada warga terkasih menjadi korban banjir bandang Parapat.
Baca Juga: Banjir Bandang dan Longsor Hantam Kawasan Danau Toba Parapat
“Kepada saudara-saudara kami yang terdampak banjir di Parapat dan sekitarnya, hati kami bersama kalian. Kami turut merasakan luka dan duka yang kalian alami. Dalam kasih Kristus, kami memohon agar kekuatan, ketabahan, dan harapan senantiasa menyertai kalian,”ujarnya.
Bencana ini, lanjutnya, sekaligus panggilan bagi gereja-gereja untuk bersolidaritas dalam penanggulangan bencana, sebagai salah satu wujud oikoumene dalam tindakan. Melalui Biro Penanggulangan Risiko Bencana (PRB), kami menyerahkan dukungan sebesar Rp 20.000.000 untuk penanggulangan bencana yang kini dikelola oleh Departemen Diakonia HKBP;