Realitasonline.id - Padangsidimpuan | Wilayah tengah Sumatera masih menjadi kawasan yang belum sepenuhnya tersentuh pembangunan infrastruktur strategis.
Padahal, kawasan ini menyimpan potensi luar biasa dari sektor pertanian, perkebunan, perikanan, pariwisata hingga energi, yang dapat mendorong lompatan ekonomi nasional.
Namun, semua potensi itu akan tetap tertahan jika konektivitas antar wilayah tak kunjung diperkuat.
Baca Juga: Sarjana Besi dari Padang, Jejak Dirut Inalum Melati Sarnita Menempa Hilirisasi Nasional
Salah satu solusi nyata adalah pembangunan jalur rel kereta api dari Labuhan Batu (Sumatera Utara) menuju Pariaman (Sumatera Barat) melalui jalur pedalaman Padang Lawas Utara (Paluta), Tapanuli Selatan (Tapsel), Kota Padangsidimpuan, Mandailing Natal (Madina), Air Bangis dan seterusnya.
Ini bukan sekadar proyek transportasi, tapi ini adalah proyek penyatuan wilayah, percepatan logistik dan transformasi peradaban Sumatera Bagian Tengah.
Menurut Irwan H Daulay, Pemerhati Pembangunan Daerah, dengan estimasi panjang ±780 km, proyek dapat memangkas biaya logistik tinggi secara signifikan, memperkuat integrasi antar Provinsi dan membuka akses bagi masyarakat di wilayah yang selama ini sulit dijangkau.
"Biayanya memang tidak sedikit, diperkirakan antara Rp 36 hingga Rp 85 triliun, tergantung kondisi geografis dan spesifikasi teknis. Namun manfaat jangka panjangnya jauh melampaui investasi awal, " kata putra Mandailing Natal ini, Kamis (12/6/2025).
Baca Juga: Jamaah Haji Kloter 1 Tiba di Kota Padangsidimpuan, 1 Orang Wafat di Tanah Suci
Menurutnya, dalam konteks pembangunan nasional, jalur ini akan memperpendek jarak antara pusat produksi dan pelabuhan ekspor di wilayah Pantai Barat Sumatera.
"Komoditas dari pedalaman Madina atau Padang Lawas (Palas) bisa langsung bergerak menuju Pantai Barat Sumatera tanpa harus memutar jauh. Ini adalah bentuk keadilan infrastruktur yang selama ini belum dinikmati warga pedalaman, " terangnya.
Integrasikan Bandara Jenderal AH Nasution di Mandailing Natal
Ia menambahkan, jalur ini juga akan mengintegrasikan bandar udara Jenderal AH Nasutian di Madina (Mandailing Natal) dan Rencana Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Batahan menjadi kesatuan konektivitas di wilayah Sumatera Bagian Tengah (Sumut, Sumbar dan Riau).
"Untuk jangka panjang bandar udara Jenderal AH Nasution Madina dapat menjadi pusat konektivitas menghubungkan seluruh kawasan ke mancanegara, " ungkap dia.
Pemerintah pusat juga perlu memandang proyek ini sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN). Pemerintah daerah dan tokoh masyarakat setempat juga harus mulai mendorong percepatan studi kelayakan, perencanaan dan advokasi anggaran.