“Saya sangat kecewa. Tidak ada wartawan yang menghubungi saya untuk klarifikasi. Tahu-tahu muncul berita seolah-olah ada bullying di sekolah kami. Padahal faktanya tidak seperti itu,” tegas Safaruddin.
Ia berharap media dapat menjalankan tugas jurnalistik secara profesional, dengan prinsip verifikasi dan keberimbangan.
Peristiwa ini menjadi pengingat akan pentingnya komunikasi terbuka antara sekolah, orang tua, dan media — terutama saat menyangkut isu sensitif yang dapat berdampak pada nama baik institusi maupun kondisi psikologis siswa. (ND)