Husni Thamrin menyampaikan, dalam konteks Lapas, peran PAI menjadi sangat krusial sebagai jembatan rohani. Mereka tidak hanya mengajar, tetapi juga menjadi motivator dan penguat mental. Kehadiran mereka seolah menjadi oase spiritual di tengah rutinitas Lapas, mengingatkan bahwa pengampunan dan kesempatan kedua selalu ada bagi mereka yang sungguh-sungguh ingin berubah.
“Komitmen KUA Sidikalang melalui PAI untuk terus melayani warga binaan Lapas adalah wujud nyata dari layanan keagamaan yang inklusif dan transformatif. Mereka membuktikan bahwa pelayanan agama harus menjangkau semua lapisan, termasuk mereka yang berada dalam keterbatasan dan membutuhkan dukungan moral paling besar,” ungkapnya.
Apa yang dilakukan oleh Husni Thamrin dan Sawal Dabutar adalah pelajaran berharga tentang makna memanusiakan manusia. Di Lapas Sidikalang, mereka menanam benih-benih kebaikan dan pertobatan, berharap suatu saat nanti benih itu akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat, sejalan dengan cita-cita agama dan negara.(IW)