Lebih dalam lagi disampaikan Istri Bupati Taput tersebut, kader harus memiliki bekal yang cukup menularkan ilmu mengolah bahan yang ada dilingkungan menjadi penambah gizi.
"Ajarkan mereka, makanan yang bergizi itu tidak harus mahal. Apa yang ada disekitar kita itu bisa dimanfaatkan, ajari mereka, kontrol, itulah tugas kader," tambahnya.
Secara hitung-hitungan, biaya yang dikeluarkan untuk mengembalikan anak yang mengidap Stunting hingga normal selama 6 bulan sekitar Rp 450.000 perbulannya.
"Data di Taput dari desa ada 1.843 anak mengidap Stunting. Biayanya sangat besar jika dihitung, APBD kita sangat terbatas, tapi jika kader bisa kreatif dan berkreasi itu tidak akan sedemikian besarnya," ucapnya.
Lazimnya, warga yang sudah menerima bantuan program Pemerintah pastinya akan terus mengandalkannya tanpa ingin merubah mindset.
"Kalau kita kasih mentahnya, yakinlah itu tidak akan cukup bahkan hari itu juga akan habis karna pasti tidak fokus ke penuntasan Stunting. Jika perubahan mindset kader dan keluarga penderita Stunting bisa dirubah, saya yakin angka yang ada itu bisa dinolkan," pungkasnya.
Kegiatan dalam rangka pencegahan Stunting di Taput diinisiasi Pemkab melalui Dinas Kesehatan.
Sebanyak 252 kader Desa/kelurahan akan dibuka aura berpikir serta menyamakan persepsi untuk mencegah dan menurunkan angka Stunting di Tapanuli Utara. (AS)