Jurnalistik Indonesia Lahir dari Penderitaan Bangsa

photo author
- Minggu, 2 Oktober 2022 | 12:40 WIB
Keterangan foto : Ketua PWI Asahan Indra Sikumbang saat menyerahkan bet peserta sekolah jurnalistik didampingi wakil Bupati Asahan Taufik ZA Siregar
Keterangan foto : Ketua PWI Asahan Indra Sikumbang saat menyerahkan bet peserta sekolah jurnalistik didampingi wakil Bupati Asahan Taufik ZA Siregar

ASAHANrealitasonline.id| Jurnalistik Indonesia lahir di bumi nusantara dari rahim penderitaan bangsa dalam perjuangan panjang membebaskan diri dari hegemoni bisnis VOC Belanda. 

"Jurnalistik Indonesia diwujudkan pertama kali dengan berdirinya organisasi wartawan PWI tanggal 9 Februari 1946 di Solo, kemudian ditetapkan sebagai Hari Pers Nasional. Insya Allah HPN 2023 dipusatkan di Sumatera Utara," ungkap Nurkarim Nehe SE MSP, wartawan Kompetensi Utama 2013, senior di kabupaten Asahan sebagai pemateri Sekolah Jurnalistik PWI Asahan yang dibuka Bupati Asahan H Surya BSc diwakili Wakil Bupati Taufik ZA Siregar, Minggu   (2/10/2022), di kantor PWI Asahan di Kisaran. 

Nehe menyampaikan modul Kode Etik Jurnalistik dan Sejarah PWI secara tegas menyatakan Jurnalistik Indonesia yang dipelopori PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) berbeda dengan jurnalistik di negara demokrasi liberal. 

"Setelah berdirinya PWI memang hadir organisasi lain kemudian mendorong terbentuknya Dewan Pers di mana perkembangannya makin mengukuhkan bahwa jurnalistik Indonesia yang lahir dari rahim penderitaan bangsa sangat konsisten mengawal keutuhan NKRI. Sosial kontrol wajib dijalankan apalagi konteksnya membela rakyat, seiring dengan amanat menjaga keutuhan bangsa dan negara," tandas Nehe. 

Ketika memaparkan isi Kode Etik Jurnalistik secara tehnis Nehe tetap menghubungkannya dengan sejarah PWI di mana referensinya adalah Panca Sila dan UUD 1945. "Sebelum PWI lahir apakah sudah ada Kode Etik Jurnalistik?" Sentak salah seorang peserta Muhyi, mahasiswa semester V  Pesantren Modern Daar Al Uluum. 

Nehe gamblang menguraikan kode etik jurnalistik justru muncul alamiah dalam proses perjuangan bangsa sebelum dan sesudah lahirnya PWI. "Bedanya sebelum kelahiran PWI, kode etik jurnalistik hanya dipatron dengan konsistensi perjuangan bangsa. Dari sinilah setelah PWI lahir berkembang awalnya dalam konteks mempertahankan kemerdekaan lalu konteksnya bervariasi termasuk pergolakan politik internal dan terbukti PWI dan jurnalistik Indonesia konsen dengan jurnalistik berkarakter Panca Sila yang tidak terpengaruh dengan jurnalistik luar," paparnya.

Nurkarim Nehe SE,MSP mendapatkan kesempatan menyampaikan materi pada hari pertama, seusai seremoni pembukaan. 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gubsu : Bantuan Korban Bencana Harus Tepat Sasaran

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:07 WIB
X