Paluta-Realitasonline.id : Penjabat Bupati Padang Lawas Utara (Paluta) Patuan Rahmat Syukur Parlaungan Hasibuan meminta semua pihak membangun koordinasi dan kerjasama melalui pendekatan Multi sektor dengan sinkronisasi program-program mulai dari tingkat pusat maupun daerah.
Hal ini disampaikannya pada kegiatan rapat aksi 7 Konvergensi Publikasi Data Stunting sekaligus rapat koordinasi Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Paluta yang digelar di ruangan rapat Bupati Paluta pada tanggal 12 Desember tahun 2023 lalu.
Ini sebagai bentuk komitmen kita semua untuk penurunan stunting di kabupaten Paluta.
Baca Juga: Gabriel K Pandiangan Pimpin KADIN Pematangsiantar, Ini Harapan Walikota
"Perlu kita ketahui, penjabat bupati memiliki evaluasi kinerja yang berfokus pada sejumlah indikator kinerja dan pencapaiannya yang salah satu indikator tersebut diantaranya stunting yang akan dilaporkan pertanggungjawabannya tiga bulan sekali,” terangnya.
Ia menjelaskan, dampak stunting tidak hanya dirasakan oleh individu yang mengalaminya, tetapi juga berdampak terhadap roda perekonomian dan pembangunan daerah karena SDM yang terdampak stunting memiliki kualitas lebih rendah dibandingkan dengan SDM normal.
Dikatakannya, sebagai ketua tim pengarah TPPS Kabupaten Paluta ia berharap agar para kepala Dinas/OPD, kepala bidang terkait, camat, kepala puskesmas dan koordinator PLKB sebagai petugas lini lapangan agar menyusun aksi nyata dalam penanganan dan pencegahan stunting untuk menyasar anak stunting dan keluarga beresiko stunting.
Dirinya yakin bahwa banyak hal yang sudah dilaksanakan dan kebijakan yang sudah ditetapkan dan saat ini perlu dilakukan evaluasi dan monitoring terhadap capaiannya apakah sudah tepat sasaran atau tidak di seluruh desa umumnya dan desa lokus khususnya.
“Kami juga berharap dengan adanya kegiatan aksi 7 konvergensi ini, kita gali informasi penyebab masih tinggi angka stunting didaerah yang kita cintai ini dan untuk menjadi bahan pembahasan kita ketika reviw kinerja di aksi 8 nanti,” harapnya.
Sementara itu, kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P3AP2KB) kabupaten Paluta Hasbullah Harahap memaparkan bahwa ada 3 daerah dengan trend sebaran prevalensi stunting tertinggi yaitu di kecamatan Padangbolak Tenggara, Batang Onang dan Padang Bolak.
Baca Juga: Polres Asahan Musnahkan 57 Kilogram Sabu sabu Senilai Rp57 Milyar, Masuk dari Jalur Laut
Dikatakan, prevalensi stunting pada tahun 2022 mencapai 10,15% dan mengalami penurunan menjadi 6,6% pada tahun 2023 sesuai dengan sumber data pada EPPGBM.
“Berdasarkan pendataan keluarga yang sudah dilaksanakan, ada sebanyak 9.716 Keluarga Resiko Stunting di Kabupaten Paluta dan sudah 6.415 KRS yang tersentuh intervensi penanganan secara langsung,” terangnya.
Dengan terpublikasinya data sebaran prevalensi stunting di tiap kecamatan dan desa, dapat menjadi data dasar acuan penentu kebijakan dalam percepatan penurunan stunting, sehingga setiap rangkaian kegiatan oleh OPD terkait dapat tepat sasaran guna mencegah dan menurunkan jumlah balita stunting.