Namun, media tidak bisa berjalan sendiri. Farianda juga menekankan pentingnya kolaborasi yang kuat antara media, KPU, Bawaslu, pemerintah, dan masyarakat.
“Ini bukan hanya tugas satu pihak. Kita perlu bersinergi dalam memerangi disinformasi,” katanya dengan tegas.
Salah satu upaya konkret yang telah dilakukan oleh PWI, organisasi yang dipimpinnya, adalah program “Jurnalis Go to School,” sebuah kolaborasi dengan instansi pendidikan untuk meningkatkan literasi media kepada pelajar. Program ini telah menjangkau berbagai daerah, dari tingkat provinsi hingga kabupaten, termasuk Batu Bara. Farianda percaya bahwa mendidik generasi muda untuk lebih kritis dalam mengonsumsi informasi adalah investasi jangka panjang yang akan membuahkan hasil dalam menciptakan masyarakat yang lebih cerdas dan bijak dalam menghadapi banjir informasi.
Di penghujung sesi, Farianda menutup dengan pesan moral yang mendalam: “Etika adalah fondasi utama yang harus dipedomani setiap insan pers. Sebab, wawasan tanpa etika hanyalah debu yang bertebaran tanpa arah.”
Kata-katanya menjadi pengingat bahwa di balik kebebasan pers, terdapat tanggung jawab besar yang harus dipikul. Sebuah tugas yang tidak ringan, namun sangat penting dalam menjaga keutuhan bangsa. Pilkada damai bukan sekadar slogan—ia adalah tujuan yang bisa dicapai jika seluruh elemen, termasuk media, bekerja bersama dengan hati yang tulus dan tekad yang kuat. (GS)