Baca Juga: Simulasi, Pjs Wali Kota Pematangsiantar Matheos Tan Nyoblos di TPS 3 Kelurahan Teladan
Ia juga memberi nilai 100 kepada Paslon BAGUS1 yang Lebih Unggul dan Intelektual dalam kematangan dan serta kontrol emosi yang tenang dibanding Paslon Dolly-Parulian, terutama dalam debat menyangkut memberantasan penyalahgunaan narkoba bagi generasi muda Tapsel.
“Jelas sekali jawaban Paslon nomor urut 2 , Dolly-Parulian jadi blunder. Sebab yang ditanya masalah penanggulangan penyalahgunaan narkoba, namun jawaban Dolly malah dilakukan eksekusi alias punisment terhadap orangtua pelaku narkoba,” paparnya
Anehnya lagi, kata dia, debat soal narkoba pun dikait-kaitkan dengan persoalan poligami. Padahal, akar masalah tentang penyalahgunaan narkoba, tentu akibat ekonomi yang rendah serta bimbingan moral maupun agama terhadap generasi muda yang kurang.
Ia menilai, dalam konteks debat, perilaku seorang Paslon yang kerap berbicara melampaui waktu yang diperbolehkan dan menyampaikan paparan yang “lari-lari” menunjukkan beberapa kemungkinan karakteristik.
“Paslon ini mungkin kurang disiplin dalam mematuhi aturan dan batasan waktu. Mereka mungkin merasa terlalu bersemangat untuk menyampaikan ide-ide mereka sehingga melupakan batas waktu yang telah ditetapkan,” sebutnya
Dinilainya, paparan yang “lari-lari” menunjukkan kurangnya struktur dan logika dalam penyampaian. Paslon ini mungkin tidak memiliki kerangka berpikir yang jelas dan terorganisir, sehingga ide-ide mereka disampaikan secara acak dan tidak fokus.
Baca Juga: 27 November 2024 Pilkada Serentak 2024, KPU Sumut Sosialisasi Segmen Perempuan Gunakan Hak Pilih
Sementara Lely Efrida menilai,
Paslon 02, Dolly-Parulian dinilai kurang menghargai waktu dan kesempatan yang diberikan kepada lawan debatnya. Mereka mungkin menganggap bahwa mereka memiliki hak untuk berbicara lebih lama dan mengabaikan hak lawan debatnya untuk menyampaikan pendapat mereka.
“Dalam debat kedua ini, calon Wakil Bupati Parulian dinilai kurang menghargai waktu yang sudah diberikan,” ungkap Leli Efrida yang juga turut menyaksikan debat lewat siaran YouTube.
Selain itu, Paslon 02 juga kurang percaya diri. Dalam beberapa kasus, perilaku ini bisa menjadi pertanda kurangnya percaya diri. Paslon 02 terlihat merasa perlu untuk berbicara lebih lama dan lebih banyak untuk membuktikan dirinya.
Kemudian, mereka (Dolly-Parulian) terlihat kurang ahli. Yakni, kurang ahli dalam topik yang didebatkan, sehingga mereka tidak bisa menyampaikan argumen yang terstruktur dan fokus. Sehingga, perlu dan penting untuk dicatat bahwa perilaku seperti ini condong mencerminkan karakter yang buruk.
“Ada kemungkinan bahwa Paslon tersebut hanya gugup atau tidak terbiasa dengan format debat. Namun, penting untuk memperhatikan bahwa perilaku ini dapat memberikan kesan negatif pada pemilih, karena menunjukkan kurangnya disiplin dan profesionalitas,” pungkasnya. (RI)