Realitasonline.id - Taput | Kartini Manalu, 68 tahun, penduduk Desa Lobu Pining Kecamatan Pahae Julu Taput tewas tertimbun reruntuhan puing rumah akibat guncangan gempa bumi yang terjadi Selasa (18/3/2025) pukul 05:22:40 WIB.
Pj Sekretaris Daerah Taput, David Sipahutar mengungkapkan akibat gempa yang terjadi, satu orang warga meninggal dunia setelah tertimpa reruntuhan puing rumahnya.
"Akibat guncangan gempa bumi, satu orang meninggal dunia dan sudah dibawa ke Puskesmas terdekat," ungkap Pj Sekda David Selasa (18/3/2025).
Baca Juga: Semangat Berbagi di Ramadhan, Polsek Sipirok Gelar Aksi Bagi Takjil dan Nasi Kotak Gratis
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika mendeteksi gempa bumi berkekuatan magnitudo 5,5 mengguncang Kabupaten Tapanuli Utara (Taput) Sumatera Utara, Selasa pagi.
BMKG menyebutkan gempa bumi terjadi pada Selasa, pukul 05:22:40 WIB dengan koordinat 1.99 Lintang Utara dan 99.12 Bujur Timur, dan pusat gempa di kedalaman 10 kilometer atau berjarak sekitar 17 km Tenggara Tapanuli Utara.
"Akibat guncangan gempa bumi, satu orang meninggal dunia dan sudah dibawa ke Puskesmas terdekat," ungkap Pj Sekda David kepada Antara, Selasa (18/3).
Baca Juga: Pimpin Upacara HKN, Wakil Bupati Asahan Sampaikan 3 Poin Penting
Warga yang meninggal dunia adalah Kartini Manalu, 68 tahun, penduduk Desa Lobu Pining, Kecamatan Pahae Julu, Taput, yang tertimbun reruntuhan puing rumah akibat guncangan gempa bumi.
David Sipahutar mengatakan akibat gempa,jalan lintas Pahae Julu tertutup material longsoran tanah dan pohon sehingga akses jalan tidak bisa dilalui kendaraan
Lokasi longsoran yang menutupi badan jalan terdapat di dua titik, tepatnya di lubang ni homang, dan satu titik di dekat Desa Peanornor, Pahae Julu," sebut PJ Sekda.
Pemkab Taput kata Sekda tengah melakukan pendataan lengkap akan dampak dari bencana serta mengerahkan alat berat untuk membersihkan material longsor yang menutupi badan jalan.
Sementara itu, warga Tarutung saat gempa terjadi berhamburan keluar rumah untuk menyelamatkan diri seraya menyebut gempa-gempa.
Setelah dua kali goncangan gempa, dan kemudian berhenti, warga kembali melakukan aktivitas di pagi hari.(MN)