sumut

Jonius TP Hutabarat Komit Menjadikan Kemenyan Komoditas Unggulan Taput dan Terbanyak di Indonesia

Sabtu, 24 Mei 2025 | 22:45 WIB
Bupati Taput Jonius TP Hutabarat megamati pohon kemenyan di Adiankoting  (Realitasonline.id/Dok)

Realitasonline.id - Tarutung | Tumbuh di daerah pegunungan dengan ketinggian 400-1500 meter diatas permukaan laut, itulah pohon kemenyan. Getah (kemenyan), merupakan hasil hutan non kayu telah dikelola di Tapanuli Utara sejak ratusan tahun lalu.

Perdagangan kemenyan memiliki nilai ekonomi yang signifikan, tidak heran di kota Tarutung saja ada kurang lebih 12 toke-toke besar penampung dan memasarkan ke luar daerah seperti ke Medan dan Jakarta.

Hingga sekitar tahun '80 an petani kemenyan di Tapanuli Utara masih bernafas lega, karena harga per kilogram setara dengan harga emas per gram. Tidak diketahui secara pasti, diatas tahun 80-an keseriusan petani kemenyan semakin surut, seiring itu toke-toke besar akhirnya menutup aktivitas menampung kemenyan petani.

Baca Juga: Rakor ILASPP, Menteri Nusron Soroti APL dan Kawasan Kehutanan

Lundu Panjaitan disaat menjadi bupati Taput memberikan perhatian untuk bagaimana kemenyan yang menjadi primadona petani, kembali bersemangat melangkah ke hutan mengambil getah kemenyan. Berangkat Senin pulang Sabtu dengan membawa getah kemenyan.

Bagi petani kemenyan tidak ambil pusing kemana dipasarkan dan apa kegunaan kemenyan yang mereka jual. Yang pasti bagi petani, bila harga anjlok mengurungkan niat berangkat ke hutan. Terobosan positif yang dilakukan Lundu Panjaitan sebagai upaya memulihkan harga kemenyan yang terkesan sebagai ulah para pedagang diatas persaingan tidak sehat uang justru mengorbankan petani, belum membuahkan maksimal.

Dari hasil penelusuran tim yang dibentuk, sulit memastikan kemana saja para toke menjual kemenyan ke perusahaan mana dan ke negara mana saja di eksport. Artinya disini mata rantai perdagangan kemenyan terkesan terselubung, sulit di tembus.

Baca Juga: Kadis Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sumut Dukung Pembangunan Bendungan Lau Simeme

Boleh dikata hingga sekarang nasib petani kemenyan di Tapanuli Utara sepertinya "hidup segan mati tak mau", petani tak lagi secara serius menggeluti hasil hutan jenis kemenyan sebagai tulang punggung ekonomi keluarga. Tak lagi seperti doeloe, harga jual kemenyan perkilogram kualitas terbaik seharum aroma dengan harga emas per gram, entahlah sekarang.

Diskominfo Taput menyebutkan, rapat Pelaksanaan Riset Kemenyan di kantor DEN Jakarta, Kamis (23/5/2025) dipimpin Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Panjaitan (LBP).

Rapat diikuti pihak kementerian kehutanan, dihadiri Danrem 023/KS, Wakil Bupati Taput Deni Lumbantoruan, bupati Humbahas, Kepala Balai Pemantapan Kawasan Hutan dan Tata Lingkungan Wilayah (BPKH), Kepala UPT KPH (Unit Pelaksana Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan) secara daring diikuti Bupati Taput Jonius TP Hutabarat bersama Kapolres Ernis Sitinjak, mewakili Dandim 0210/TU, petani kemenyan di Desa Banuaji Kecamatan Adiankoting dari lokasi lahan petani pohon kemenyan.

Baca Juga: Kabar Gembira! Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sumut Gratiskan Mengurus Penerbitan Izin

Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan pentingnya sinergi antar lembaga dan kementerian untuk mendukung program pengembangan hilirisasi kemenyan berbasis ilmu pengetahuan. Semua harus ambil peran dan bersinergi. danrem, kepala daerah, kapolres serta dandim untuk bekerja sama dengan kementerian-kementerian.

"Saya titip jangan ada lagi penebangan hutan. investor sudah kita siapkan untuk pendirian pabrik pengolahan kemenyan ini, kita akan libatkan juga koperasi desa”, tegas Luhut Binsar Panjaitan.

Halaman:

Tags

Terkini

Gubsu : Bantuan Korban Bencana Harus Tepat Sasaran

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:07 WIB