" Ini bukan sekadar ajang pemilihan. Ini adalah wadah untuk menunjukkan bahwa pemuda Tapsel mampu melestarikan budaya sekaligus menjawab tantangan masa kini, ” katanya.
Ia menjelaskan, proses pemilihan dimulai dari sosialisasi di sekolah dan perguruan tinggi, dilanjutkan audisi, masa karantina, hingga penugasan membuat karya tulis berdasarkan observasi lapangan tentang isu sosial.
" Grand Final Boru Namora 2025 bukan sekadar panggung kompetisi. Lebih dari itu, ia menjadi ruang perayaan identitas budaya Tapsel, wadah silaturahmi dan momen penguatan peran generasi muda dalam membangun masa depan Tapsel, " terangnya.
Para finalis juga diuji melalui pertanyaan tentang budaya, literasi digital, hingga peran pemuda dalam memerangi persoalan sosial di desa.
Hasilnya menunjukkan bahwa generasi muda Tapsel memiliki pemikiran kritis dan kepedulian tinggi terhadap lingkungannya.
Baca Juga: Gubernur Sumut Bobby Nasution Sebut RE Nainggolan Tokoh Teladan
Selain menjadi ajang pencarian duta kepemudaan, Grand Final Boru Namora juga memberi dampak ekonomi bagi masyarakat.
Pelaku UMKM tampak memadati area sekitar lokasi acara dengan stan kopi lokal, jajanan tradisional, kerajinan tangan, dan produk khas Tapsel lainnya.
“ Acara seperti ini membuat kami merasa diperhatikan, ” ungkap salah satu pedagang UMKM yang produk jualannya laris manis sepanjang malam.
Acara ditutup dengan wajah-wajah penuh harapan, baik dari para finalis, penyelenggara, maupun masyarakat, yang percaya bahwa generasi muda Tapsel mampu membawa perubahan positif untuk daerahnya. (RI)