Realitasonline.id - BIREUEN l Kesetiaan tak bisa dilihat dari bentuk fisik. Kesetiaan datang dari hati dan tindakan nyata. Hal ini terlihat dari sikap Imam Tantawi (33 tahun).
Warga Desa Perdamaian, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah, rela berjalan 45 kilometer dengan perut kosong demi mendapatkan obat untuk istrinya.
Ditemui Realitasinline.id, di Meuligoe Bireuen pada Minggu malam (7/12/2025), Imam Tantawi menyebutkan, ia bersama dua pria di bawah usianya berjalan kaki menuju kota Bireuen yang jauhnya mencapai 45 kilometer.
Baca Juga: Iluni UI dan MDMC Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir di Bireuen
Setelah berjalan 15 km, atau saat tiba di Ali- ali melihat sebuah mobil. Sebut Imam Tantawi, ia minta bantuan kepada sopir untuk diizinkan menumpang mobil carry tersebut. Dan harapan ketiga pemuda dari desa di Kecamatan Pintu Rime Gayo dikabulkan.
Bagaikan mendapat durian runtuh. Imam Tantawi dan kedua rekannya mengaku sangat senang ditolong oleh Pak Sopir tersebut. Roda mobil yang mereka ditumpangi pun bergerak menuju Teupin Mane Kecamatan Juli, Kabupaten Bireuen.
Di beberapa tempat, sebut Imam Tantawi, badan jalan nasional itu telah longsor akibat diterjang banjir bandang yang terjadi Rabu (26/11/3025).
Lewat banda jalan yang telah hancur itu dengan perlahan digilas roda mobil Carry yang mereka tumpangi.
Setelah beberapa lama berjalan, mobil itu sampai di jembatan Teupin Mane yang telah putus dihantam arus Krueng Peusangan pada Rabu (26/11/2025). Iman Tantawi cs turun dari mobil. Imam Tantawi mengucapkan terima kasih kepada pak sopir. Tetapi, begitu "kaget" mereka, saat hendak pergi dari mobil tersebut, pak sopir meminta ongkos.
Baca Juga: Rumah Reje Kampung Gunung Bukit Terbakar
"Kami kira menumpang gratis. Tapi ketika sudah di Teupin Mane, diminta ongkos,"ujar Wisnu Afandi. anak muda usia 17 tahun mengisahkan tentang kekecewaan mereka dan alasan kawannya Imam Tantawi menangis-nangis di hadapan sopir carry.
Melihat Imam menangis karena tidak cukup uang membayar ongkos mobil dari Ali- Ali ke Teupin Mane Kecamatan Juli, sebut Wisnu Afandi dirinya pun jadi sedih.
"Kami berdua pun tidak ada uang untuk bayar ongkos," ujarnya.
Seterusnya diceritakan Wisnu Afandi, alasan "turun" ke Bireuen. Kata Wisnu Afandi, ia dan Hamdan (19 tahun), warga Wir Lah, Kecamatan Pintu Rime Gayo diajak Imam Tantawi ke Bireuen.