Wajah Buram di Balik Papan Bunga HUT Kabupaten Bireuen ke-21

photo author
- Kamis, 15 Oktober 2020 | 00:50 WIB
Papan Bunga Hut Kabupaten Bireuen dipajang di Depan Meligoe Bireuen. (Foto/Ist)
Papan Bunga Hut Kabupaten Bireuen dipajang di Depan Meligoe Bireuen. (Foto/Ist)

Kata warga Bireuen itu, papan bunga tidak dapat mengubah wajah buram Kabupaten Bireuen. Adapun yang menimbulkan wajah Bireuen buram, diantaranya keberadaan bangunan mangkrak di bekas Stasion Kereta Api Bireuen. Kerangka toko mangkrak tidak dapat dibangun karena tidak memiliki IMB menurut penglihatan Realitas telah menyemaki wajah Kota Bireuen. Anehnya bangunan mangkrak yang telah ditumbuhi ilalang dan letaknya hanya belasan meter dari Meuligoe Bireuen dibiarkan begitu saja. Sepertinya tidak ada yang berani memerintahkan bongkar, mungkin takut kepada pemilik bangunan tersebut.

Selain disemaki oleh bangunan mangkrak di atas tanah milik PT.Kereta Api Indonesia (PT.KAI), wajah kota Bireuen juga terganggu dengan pedagang yang berjualan pada sembarang tempat. 

Begitu pula dengan parkir di Kota Bireuen. Menurut amatan Realitas perkir belum dikelola secara prefosional sehingga menimbulkan mengganggu arus lalulintas di kawasan kota. 

Begitu pula dengan Gedung DPRK Bireuen di Cot Gapu dan Kantor PUPR Bireuen, di Desa Bireuen Meunasah Capa, Kecamatan Kota Juang. Dua bangunan yang merupakan proyek multiyears tahun 2016 ini belum dilanjutkan sehingga bangunan yang dibiayai dengan dana miliaran rupiah itu bangunan mangkrak.

Harapan lainnya yang tidak direspon dengan baik adalah permohonan rumah layakhuni untuk warga miskin. Rumah dhuafa ini dugaannya banyak diberikan kepada timses atau orang tertentu saja. Profisal yang tidak ada "kenalan" di dalam menumpuk di dinas terkait. Menurut sebuah sumber jumlah proposal  rumah dhuafa yang belum diproses diperkirakan mencapai ribuan.

Hal lainnya yang terkesan ada pembiaran dari Pemerintahan Kabupaten Bireuen adalah kios pedagang yang dibangun di atas saluran Irigasi, wilayah Kecamatan Peusangan. Sebenarnya menurut data realitas bangunan liar itu telah perintah  bongkar oleh Balai Wilayah Sungai Sumatra I Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Tapi sampai sekarang ini bangunan yang dikhawatirkan menggangu suplai air ke sawah petani masih dibiarkan di atas saluran irigasi itu.

Nah, itu hanya beberapa hal yang terlihat kepermukaan. Masih banyak yang lain seperti keberadaan orang miskin yang harus mempertahankan hidupnya dengan cara mengemis di Simpang Empat Kota Bireuen. 

Lainnya yang tidak diproritaskan pemkab setempat adalah taman main anak. Untuk hal ini sampai 21 tahun umur Kabupaten Bireuen  belum dibangun. Pemkab Bireuen sepertinya lebih mengutamakan kebutuhan olahraga dari pada keperluan anak anak yang masih panjang masa depannya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Antrean Kendaraan di SPBU di Abdya Berangsur Normal

Kamis, 18 Desember 2025 | 15:08 WIB
X