“Semoga saja, ada solusinya. Kalau seadainya tidak ada juga, ya terpaksa kami harus potong sendiri menggunakan jasa tukang potong. Itupun juga akan menciptakan masalah baru lantaran mesin perontok padi sudah jarang terlihat di Abdya,” sambung Hasmizar petani lainnya yang memiliki lahan di Desa Mesjid, Kecamatan Tangan-Tangan.
Bahkan kondisi itu juga dibenarkan Muhammad Yakop salah satu keujrun blang (ketua adat sawah) dalam kawasan setempat. Bahwa sejumlah lahan dibawah pantauan dirinya sudah mulai memasuki masa panen, bahkan ada yang sudah terlewat dari waktu umur padi.
"Umur padi rata-rata antara 100-120 hari, kalau sudah melewati waktu itu bisa saja akan rontok. Maka dari itu, kami berharap hamparan sawah kami ini segera didatangkan mesin pemotong padi paling tidak sekitar dua unit agar lebih maksimal. Apalagi saat ini sudah mulai musim hujan," sebutnya.
Lahan di Kecamatan Tangan-Tangan ini merupakan sawah produktif yang mampu menghasilkan panen gabah terbaik hingga banyak agen atau tengkulak yang melirik untuk membeli hasil panen petani. "Selama ini kita sudah terbiasa memanen dengan combine, jarang sekali yang menggunakan alat manual seperti arit (sabit) pemotong padi. Karena kos biaya memanen manual sangatlah besar jika dibandingkan dengan combine," demikian tandasnya. (ZAL)