"Apa tidak bisa diwujudkan Pemilu dan Pilkada serentak yang bersih tidak 'main' uang?" tanya salah satu peserta.
Sementara Elfida Mansur juga dari kalangan tokoh perempuan memanfaatkan sisi tanya jawab itu menyoalkan nilai-nilai Pancasila di masyarakat Bireuen.
"Tadi Pemateri menyatakan kita dalam bermasyarakat dan bernegara menganut ideologi Pancasila. Apakah di Kabupaten Bireuen masih berlaku ideologi Pancasila. Apabila masih, mengapa ada pihak yang melarang membangun masjid, seperti melarang membangun Masjid Taqwa di Samalanga. Di mana nilai nilai Pancasila," katanya.
Seorang peserta dari kalangan milenial juga mengkritisi kebijakan Pemerintah setempat.
Sebut pemuda yang akrab disapa Syibran Malasi, Kabupaten Bireuen yang sudah dikukuhkan sebagai Kota Santri dan akhir-akhir ini juga heboh lagi dengan julukan Kota Beriman, sangat disayangkan membiarkan pihak tertentu menolak pendirian rumah ibadah.
Aksi itu terjadi, nilai Syibran Malasi karena Bupati Bireuen seolah-olah membiarkan hal itu terjadi.
"Sebagai warga negara yang beretika dengan menganut ideologi Pancasila, tentu ini sangat tidak beretika dan tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku di Indonesia dan kultur yang ada di Kabupaten Bireuen," sebutnya.
Ia juga mengatakan salut kepada Penjabat Bupati Bireuen Aulia Sofyan yang sering menyampaikan Khutbah Jumat di masjid-masjid di Kabupaten Bireuen. Namun, ujarnya semestinya Penjabat Bupati Bireuen serius menyelesaikan persoalan di masyarakat seperti kasus penolakan membangun rumah ibadah di Samalanga.