Beberapa tahun kemudian, ia mengubah nama perusahaan pakaian ayahnya menjadi Fast Retailing.
Perusahaan ini berkembang pesat hingga tahun 1996, Yanai memiliki lebih dari 200 toko di seluruh Jepang.
Jaket bulu Uniqlo seharga $15 adalah produk yang paling popular, dengan perkiraan 1 dan 4 orang Jepang yang membelinya pada tahun 1998.
Selain membawahi Uniqlo, Fast Retailing juga sebagai perusahaan induk membawahi beberapa brand lain sepertu GU, Theory, PLST, COMPTOIR DES COTONNIERS, PRINCESSE TAM.TAM, Helmut Lang dan J Brand.
Toko Uniqlo memelopori penggunaan AI untuk menciptakan pengalaman belanja yang unik di dalam toko.
Toko-toko tertentu memiliki AI-powered UMood kiosks yang menampilkan beragam produk kepada pelanggan dan mengukur reaksi mereka terhadap warna dan gaya melalui neurotransmitter.
Berdasarkan reaksi setiap orang, kiosks kemudian merekomendasikan produk. Pelanggan bahkan tidak perlu menekan tombol, sinyal otak mereka cukup bagi system untuk mengetahui bagaimana perasaan mereka terhadap setiap produk.
Baca Juga: Kisah Inspiratif! Ditolak 16 Kampus, Remaja 18 Tahun Ini Direkrut Jadi Insinyur Google
Tadashi Yanai sering mengaakan bahwa, Uniqlo bukanlah perusahaan fashion, melainkan perusahaan teknologi.
Karena pendekatan Uniqlo dalam membuat pakaian punya upaya lebih banyak kesamaan dengan pengembangan produk yang dianut system teknologi. (TPA)***