Harga Minyak Mentah Menguat di Perdagangan Perdana Tahun 2024

photo author
- Selasa, 2 Januari 2024 | 13:10 WIB
harga minyak mentah WTI kontrak Februari 2024 di New York Mercantile Exchange menguat 0,46% ke US$ 71,98 per barel dari penutupan perdagangan tahun lalu di US$ 71,65 per barel
harga minyak mentah WTI kontrak Februari 2024 di New York Mercantile Exchange menguat 0,46% ke US$ 71,98 per barel dari penutupan perdagangan tahun lalu di US$ 71,65 per barel

realitasonline.id - Pada perdagangan perdana tahun 2024. Selasa (2/1/2024) harga minyak mentah menguat di pasar spot.

Di mana harga minyak mentah WTI kontrak Februari 2024 di New York Mercantile Exchange menguat 0,46% ke US$ 71,98 per barel dari penutupan perdagangan tahun lalu di US$ 71,65 per barel, Jumat (29/12).

Menanggapi hal tersebut, Analis Komoditas Lukman Leong mengamati, faktor pendukung kenaikan harga minyak mentah adalah gangguan pasokan dari konflik di Laut Merah.

Pelemahan dolar AS, dan harapan yang meningkat apabila The Fed memangkas suku bunga di Maret 2024.

Ekspektasi The Fed memangkas suku bunga muncul setelah serangkaian data ekonomi yang lebih lemah dari harapan seperti inflasi dan Produk Domestik Bruto (PDB).

Dia menjelaskan harapan pemangkasan suku bunga oleh bank-bank sentral dunia akan mendukung harga untuk jangka panjang.

"Investor berharap kebijakan yang lebih longgar dari bank sentral akan mendukung permintaan komoditas energi,” paparnya.

Dia menerangkan, efek dari pelonggaran kebijakan moneter bank sentral akan berdampak pada permintaan komoditas energi seperti minyak dunia, gas alam ataupun batu bara.

Di mana permintaan yang meningkat akan mengimbangi kondisi pasokan komoditas yang meningkat.

Tapi, dia menilai, kebijakan produksi dari OPEC+ merupakan faktor yang paling utama pada harga minyak mentah.

Organisasi negara pengekspor minyak itu akan terus berusaha mendukung harga di atas US$ 70 per barel dengan cara mengontrol produksi.

“Melihat informasi yang ada dan perkembangan saat ini, konflik di Laut Merah masih akan berkelanjutan dan mendukung harga minyak. Namun yang paling utama saya tetap melihat kebijakan produksi OPEC+,” ujarnya.

Dia menambahkan, kebijakan OPEC+ saat ini memang masih belum maksimal. Dengan sikap mereka sekarang tampaknya akan susah menaikkan harga di atas US$ 80 per barel.

Namun, OPEC+ juga berusaha mencari titik seimbang harga selama di atas US$ 70 per barel.

Sementara, Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo menerangkan bahwa selisih pendapat di organisasi OPEC+ telah menjadi faktor bearish bagi harga minyak. Angola meninggalkan OPEC di tengah perselisihan mengenai kuota produksi minyak.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Cut Yuliati

Tags

Rekomendasi

Terkini

Cek Indikasi Kerusakan dan Perawatan Karet Pintu Mobil

Kamis, 27 Februari 2025 | 06:55 WIB

Ungkap Efek Mobil Jarang Digunakan

Jumat, 31 Januari 2025 | 16:28 WIB
X