Dalam komitmen dirinya mendukung pengembangan sektor pertanian pangan tersebut, Gubernur pun menyebutkan perlunya langkah antisipasi, mengingat timbulnya kekhawatiran atas kondisi geopolitik dunia, dimana konflik antarnegara, mempengaruhi pasokan pupuk ke Indonesia.
"Tahun depan pupuk ini (mungkin) jadi persoalan, karena kita masih impor. Sementara di luar negeri juga terganggu (produksi) akibat perang. Jadi kita harus pikiran bagaimana membuat pupuk sendiri," jelas Edy Rahmayadi.
Untuk itu, Edy Rahmayadi pun meminta pihak terkait untuk menyiapkan langkah mengembangkan ternak kerbau atau lembu. Tujuannya selain meningkatkan pasokan daging dan susu, juga bisa memanfaatkan kotorannya sebagai pupuk organik.
"Saya berharap kalau targetnya 400 hektare sampai 2024, di tahun 2026 nanti bagaimana bisa tambah sampai 1.000 hektare," sebutnya.
Sementara itu, Bupati Dairi Eddy Keleng Ate Berutu mengaku bahwa kehadiran Gubernur di Desa Parbuluan V, untuk pencanangan pengembangan pertanian terpadu memberikan semangat untuk menjalankan misi membangun masyarakat.
"Sebagaimana pesan Bapak Gubernur tentang inflasi dan krisis pangan, kami mengambil langkah kongkret untuk mengantisipasi itu. Bagaimana kami dari Dairi, juga ikut menyumbang untuk Sumut Bermartabat," terangnya.
Adapun pengembangan pertanian tersebut, lanjut Eddy Berutu, akan membutuhkan kerja sama seperti teknologi pertanian modern, kelembagaan petani (melalui kelompok tani), digitalisasi perbankan hingga santunan atas jaminan kesehatan dan kematian.
"Memang di tempat ini hanya diperuntukkan bagi pertanian dan pendukungnya. Kami berterima kasih atas dukungan penuh dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut, semoga kontribusi kami menjadikan Sumut Bermartabat, menjadi lebih baik," pungkasnya.