“Oleh karena itu pemerintah daerah harus menjadi motor penggerak forum kerja sama ini. Sehubungan dengan hal tersebut, saya sampaikan bahwa pada tahun ini banyak pelaksanaan kegiatan proyek IMT-GT working group on agriculture and agro-based industry (WGAA) di Indonesia, salah satunya Provinsi Sumut menjadi penanggung jawab pada kegiatan ini,” kata Arief.
Sementara Kepala Pelatihan Pertanian Institut Lampung Abdul Roni Angkat mengatakan, pertanian memegang pernan penting dalam mata pencaharian di masyarakat. Workshop ini, katanya, dirancang untuk memberdayakan generasi muda dengan pengetahuan dan keterampilan mutakhir dalam teknologi pertanian cerdas.
Baca Juga: Investasi Sumut Menunjukan Tren Positif Realisasinya Capai Rp 22,2 Triliun
“Indonesia dengan potensi pertaniannya yang luas, telah lama dikenal sebagai negara agrikultural. Namun tantangan yang dihadapi dari metode pertanian tradisional seperti pola cuaca yang tidak dapat diprediksi dan keterbatasan sumber daya, menjadi penghambat pertumbuhan sektor pertanian. Untuk itu diperlukan revolusi pertanian melalui penerapan pertanian cerdas,” ujarnya.
Ia mengatakan langkah yang dilakukan pertama adalah dengan melakukan pendataan terlebih dahulu melalui alat sensor, drone, dan perangkat lainnya. Dengan begitu, maka diketahui bagaimana data real-time misalnya terkait kondisi tanah, cuaca, dan tanaman.
Baca Juga: Meski Dipasang Udict Tapi Tetap Banjir, Walikota Medan Minta Bantuan KSAD Normalisasi Sungai Deli
“Para petani muda sudah mulai menerapkan praktik pertanian vertikal dan hidroponik untuk memaksimalkan pemanfaatan ruang sekaligus meminimalkan konsumsi sumber data. Selain itu para petani muda saat ini sudah mulai menyadari pentingnya pertanian berkelanjutan.
Para petani muda menerapkan parktik pertanian ramah lingkungan, termasuk pertanian organik, rotasi tanaman, dan penggunaan bahan-bahan yang dapat terbiodegradasi,” pungkasnya.(mis)