Realitasonline.id - Medan | Mengantisipasi potensi gejolak harga dan pasokan pangan strategis menjelang awal tahun 2026, Kepala Kantor Wilayah I Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Sumut, Ridho Pamungkas melakukan pertemuan koordinatif dengan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Mineral (Disperindag ESDM) Sumatera Utara, Fitra Kurnia.
Pertemuan yang berlangsung di Kantor Disperindag ESDM Sumut, Kamis (18/12/2025), membahas perkembangan terkini sejumlah komoditas pangan strategis, khususnya beras dan cabai.
Keduanya berpotensi mengalami tekanan harga akibat gangguan produksi dan distribusi pascabencana banjir dan longsor yang melanda beberapa wilayah sentra produksi di Sumatera Utara pada akhir November 2025.
Baca Juga: Pidana Kerja Sosial Segera Diterapkan, Pemko Medan Setuju
Kepala Disperindag ESDM Sumut, Fitra Kurnia menjelaskan bahwa bencana tersebut berdampak pada sejumlah wilayah penyangga pangan, termasuk daerah pemasok beras dari luar provinsi.
“Selama ini salah satu penyangga kebutuhan beras di Sumatera Utara berasal dari Aceh Tamiang. Bencana kemarin menyebabkan sebagian lahan sawah tertimbun lumpur,” ujar Fitra.
Meski demikian, ia menegaskan bahwa kondisi Cadangan Beras Pemerintah (CBP) di Sumatera Utara masih relatif aman, dengan stok sekitar 29 ribu ton.
Sementara itu, untuk komoditas cabai, Sumatera Utara tidak hanya berperan sebagai wilayah konsumsi, tetapi juga sebagai daerah pemasok bagi provinsi lain, seperti Riau, Kepulauan Riau, dan Bangka Belitung.
Baca Juga: Tiga Bulan Sebelum Bencana, Tapsel Sudah Peringatkan Ancaman Pembalakan Hutan
Kondisi ini menjadikan pembentukan harga cabai di Sumatera Utara sangat dipengaruhi oleh dinamika pasar regional.
“Negosiasi antara pekebun cabai dan distributor terjadi setiap hari. Distributor dari Riau dan Batam umumnya berani menawar dengan harga lebih tinggi dibandingkan distributor lokal Sumatera Utara. Untuk menjaga keseimbangan pasar, setidaknya dibutuhkan pasokan sekitar 30 ton cabai setiap malam yang masuk ke pasar Sumut,” ungkap Fitra.
Lebih lanjut, Disperindag ESDM Sumut menyampaikan rencana kebijakan pemerintah daerah untuk memperkuat tata kelola pasokan cabai melalui kerja sama antara Gapoktan cabai dan BUMD sebagai offtaker.
Skema ini diharapkan dapat memberikan kepastian serapan bagi petani sekaligus memperkuat stabilitas pasokan. Seiring dengan rencana tersebut, Disperindag memandang perlu keterlibatan KPPU untuk memastikan kemitraan yang dibangun berjalan secara sehat dan tidak menimbulkan distorsi persaingan.
Dalam diskusi yang sama, turut disoroti kondisi perdagangan cabai di Pasar Induk Lau Cih Medan, sebagai pusat distribusi utama sayur dan buah di Sumatera Utara.
Berdasarkan informasi lapangan, terdapat indikasi bahwa harga cabai di tingkat pedagang besar cenderung bergerak seragam setiap harinya, sehingga menarik untuk dikaji lebih mendalam dari perspektif struktur pasar dan perilaku pelaku usaha.