Oleh : Dr. Siti Zahara Nasution, S.Kp.,MNS & Khofifah Juniar Sari, S.Kep., Ns
( Program Studi Magister Ilmu Keperawatan USU )
Realitasonline.id - Generasi dikenal sebagai generasi yang cerdas, kreatif, dan melek teknologi. Namun, kecerdasan mereka kini sedang diuji oleh satu tren yang sangat berbahaya: rokok elektrik atau vape. Produk ini telah menjadi krisis kesehatan publik yang menyamar sebagai simbol identitas sosial.
Di Indonesia, vaping bukan lagi sekadar alat bantu berhenti merokok. Ia sudah menjadi simbol "gaul", didorong oleh promosi besar-besaran di media sosial dan varian rasa yang manis, mirip permen atau dessert. Padahal, anggapan bahwa vape itu 'lebih aman' dari rokok biasa adalah MITOS BESAR.
Para anak muda tertarik pada vape salah satunya karena faktor sosial dan pemasaran yang agresif. Mereka berpikir, kalau belum nge-vape, rasanya kurang 'masuk' di lingkaran pergaulan. Sayangnya, mereka tidak menyadari apa yang mereka tukar dengan gaya hidup yang instan itu.
Mengapa Vape Jadi Magnet Kuat bagi Generasi Z?
Keputusan Gen Z untuk mulai nge-vape jarang hanya didasarkan pada rasa ingin tahu. Sebaliknya, hal itu dipengaruhi oleh kombinasi tiga faktor utama yang saling menguatkan, yang disorot oleh berbagai studi:
Tekanan Sosial dan Citra Gaul (Gaya Hidup):
Vape diposisikan sebagai aksesori modern, jauh dari citra kotor rokok konvensional. Kehadiran uap yang tebal dan aroma wangi membuatnya diterima di lingkungan sosial dan bahkan di dalam ruangan. Studi oleh Ananda & Ramadhan (2023) dan Widyantari & Lestari (2023) sama-sama menegaskan bahwa faktor teman sebaya (peer pressure) adalah alasan utama. Jika teman-teman di lingkaran pergaulan melakukannya, maka vaping dianggap sebagai syarat untuk diterima dan "gaul".Kekuatan Promosi Digital dan Rasa (Pemasaran yang Menjerat):
Industri vape sangat piawai memanfaatkan platform digital. Promosi masif melalui influencer dan media sosial membuat produk ini terasa dekat dan personal bagi Gen Z.
Yang paling efektif adalah rasa. Varian rasa seperti marshmallow, buah-buahan, atau sereal menciptakan ilusi bahwa produk ini tidak berbahaya, menutupi fakta bahwa produk tersebut mengandung akan nikotin yang tinggi.
Baca Juga: Imunisasi, Investasi Kesehatan yang Sering Diabaikan
Mekanisme Koping yang Salah (Kesehatan Mental):
Gen Z hidup di bawah tekanan akademik dan sosial yang tinggi. Banyak dari mereka menggunakan vape sebagai upaya untuk mengelola stres atau kecemasan.
Mereka salah mengartikan sensasi nikotin yang menenangkan sesaat sebagai solusi untuk masalah mental mereka, padahal efek jangka panjang nikotin justru memperparah kecemasan dan adiksi.