Kerusakan Bakau Dorong Tuti Memotivasi Siswa Cinta Lingkungan

photo author
- Senin, 22 Agustus 2022 | 16:00 WIB
Teks foto: Bersama siswa, Tuti mencangkul lahan yang akan ditanam sayuran. (Dok sekolah)
Teks foto: Bersama siswa, Tuti mencangkul lahan yang akan ditanam sayuran. (Dok sekolah)

“Alhamdulillah disetujui,” kata gadis ini senang. Awalnya, dia mengajarkan tentang sampah. Murid diminta memilah sampah organik dan non organik. Kemudian mereka diajarkan membuat pupuk dari daun kering dan kotoran kambing.  Setelah itu Tuti mengajak muridnya menanam kangkung, sawi, bayam dan kacang tanah.

“Saya senang berkebun,” kata Mutia Sari (15) murid kelas 8. “Hasil panen kami jual, sebagian dibawa pulang. Guru-guru kebagian juga,” katanya lagi. Fitri Kurniati mengaku sangat senang dengan kegiatan berkebun di sekolah anaknya. Ibu dari Mutia ini mengatakan sekarang ikut juga berkebun di pekarangan rumah mereka yang kecil. Terlihat ada satu pohon pepaya, cabai dan terong yang ditanam di polibag.

Aktivitas berkebun di sekolah sangat didukung Kepala Sekolah SMP Swasta Pabaku Stabat Sri Danilawati. Menurutnya, kegiatan yang digagas Tuti secara tak langsung mengajarkan siswa berjiwa kewirausahaan, pandai memanfaatkan lahan, dan memupuk kebersamaan untuk mencintai lingkungan.  

”Kebun sekolah ini kami masukkan ke Prakarya dan Kewirausahaan (PKWU), salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Kurikulum (K13),” sebut Sri.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Langkat Saiful Abdi saat dikabari tentang kebun sekolah yang dikembangkan SMP Swasta Pabaku Stabat, memberikan apresiasi yang besar. Dia berharap atensi sekolah ini untuk melestarikan lingkungan lewat penerapan program pendidikan lingkungan hidup  mendapat dukungan penuh dari dewan guru dan komite sekolah.

Saiful menjanjikan jika partisipasi siswa, dewan guru, dan komite sekolah dapat mempertahankan komitmen kepedulian terhadap penghijauan dan penyelamatan lingkungan, dia akan mengusulkan sekolah tersebut masuk dalam pengajuan Adiwiayata Provinsi Sumatera Utara untuk diikutsertakan dalam penilaian Adiwiyata Nasional. Ada empat kriteria penilaian Adiwiyata, yakni kebijakan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan, kurikulum berbasis lingkungan, kegiatan lingkungan berbasis partisipatif serta pengelolaan dan pengembangan sarana pendukung sekolah ramah lingkungan.

“Tahun depan, SMP Pabaku Stabat harus bisa meraih Adiwiyata Nasional,” ujar Saiful. Kadis Pendidikan ini menilai apa yang dilakukan Tuti memang baru sebatas langkah kecil dibandingkan persoalan degradasi lingkungan pantai.  Namun yang membanggakan adalah kegigihannya untuk menanamkan motivasi cinta lingkungan melalui penghijauan kepada muridnya, kata Saiful senang dengan prestasi Tuti Anggraini memperoleh penghargaan dari pihak sekolah sebagai guru terbaik.  *Ayu Kesuma Ningtyas

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X