Realitasonline.id | Industri kendaraan listrik (EV) terus berkembang pesat, dan salah satu tantangan utamanya adalah standarisasi infrastruktur pengisian daya.
Saat ini, Amerika Utara sedang mengalami pergeseran besar menuju North American Charging Standard (NACS).
NACS merupakan sebuah standar yang awalnya dikembangkan oleh Tesla dan kini diadopsi oleh banyak produsen EV lainnya.
Baca Juga: Prediksi Masa Depan Mobil Sport, Akankah Toyota GR86 Memimpin Pasar?
Pergeseran ini berpotensi menjadi perubahan besar dalam dunia EV, dengan dampak signifikan bagi produsen mobil, pemilik EV, serta pengembang infrastruktur pengisian daya.
Apa Itu NACS?
NACS adalah standar konektor pengisian daya EV yang pertama kali diperkenalkan oleh Tesla.
Sebelum adopsi luas oleh industri, mayoritas kendaraan listrik non-Tesla di Amerika Utara menggunakan Combined Charging System (CCS) atau CHAdeMO.
Namun, seiring meningkatnya jumlah pengguna Tesla dan keunggulan teknis NACS, banyak pabrikan mulai beralih ke standar ini.
Keunggulan utama NACS dibandingkan CCS dan CHAdeMO meliputi:
- Desain lebih ringkas dan ringan
- Kemampuan mengisi daya dengan daya tinggi hingga 1 MW
- Kompatibilitas dengan jaringan Tesla Supercharger yang luas
- Proses koneksi lebih cepat dan lebih andal
Mengapa Banyak Produsen Beralih ke NACS?
Pada tahun 2023, sejumlah besar produsen mobil mulai mengumumkan rencana adopsi NACS, termasuk Ford, General Motors (GM), Hyundai, Honda, Volkswagen, dan lainnya.
Baca Juga: Cek Komparasi Toyota GR 86 vs BMW Z4, Mana yang Lebih Worth It?
Beberapa alasan utama di balik keputusan ini antara lain: