otomotif

Ban Motor Botak: Risiko Kecelakaan yang Sering Diabaikan Pengendara

Minggu, 31 Agustus 2025 | 21:53 WIB
Ilustrasi ban motor Realitasonline.id/Pixabay @venV

Realitasonline.id | Di tengah rutinitas harian dan padatnya lalu lintas, banyak pengendara motor yang tidak menyadari bahwa ban yang mereka gunakan sudah dalam kondisi botak atau aus parah. Ban botak bukan sekadar masalah estetika atau kenyamanan, melainkan ancaman nyata terhadap keselamatan di jalan raya. Sayangnya, risiko ini sering kali diabaikan, bahkan oleh mereka yang rutin menggunakan motor sebagai alat transportasi utama.

Ban motor yang telah kehilangan pola tapaknya tidak lagi mampu mencengkeram permukaan jalan dengan optimal. Saat hujan turun dan jalan menjadi licin, ban botak akan kesulitan membuang air, sehingga meningkatkan risiko tergelincir atau kehilangan kendali. Kondisi ini dikenal sebagai aquaplaning, dan meskipun lebih umum terjadi pada mobil, motor dengan ban botak sangat rentan mengalaminya, terutama saat melaju di kecepatan tinggi atau saat menikung tajam.

Selain itu, ban yang aus juga berdampak pada performa pengereman. Jarak pengereman menjadi lebih panjang, dan respons rem tidak seakurat saat ban masih dalam kondisi baik. Dalam situasi darurat, seperti menghindari kendaraan lain atau menghentikan motor secara mendadak, ban botak bisa menjadi penyebab utama kecelakaan. Bahkan di jalanan kering, ban yang sudah aus tidak mampu memberikan traksi yang cukup, membuat motor terasa “melayang” saat berakselerasi atau bermanuver.

Faktor lain yang memperparah risiko adalah ketidaktahuan pengendara terhadap usia dan kondisi ban. Banyak yang beranggapan bahwa selama ban tidak bocor, maka masih layak digunakan. Padahal, ban memiliki masa pakai yang terbatas, baik dari sisi fisik maupun kimiawi. Karet ban yang sudah tua akan mengeras dan kehilangan elastisitas, meskipun tapaknya belum sepenuhnya habis. Kombinasi antara keausan dan penuaan material menjadikan ban botak sebagai bom waktu yang bisa meledak kapan saja.

Di Indonesia, di mana jalanan sering kali tidak rata dan cuaca berubah drastis, kondisi ban menjadi semakin krusial. Motor yang digunakan untuk aktivitas harian, seperti ojek online atau perjalanan antar kota, harus memiliki ban yang prima. Pemeriksaan rutin terhadap kedalaman tapak, tekanan angin, dan kondisi dinding ban seharusnya menjadi kebiasaan, bukan sekadar formalitas saat servis berkala.

Kesadaran akan bahaya ban botak perlu ditanamkan sejak dini, baik melalui edukasi pengguna maupun regulasi teknis. Beberapa negara telah menerapkan standar minimum kedalaman tapak ban untuk kendaraan roda dua, dan pelanggaran terhadap aturan ini bisa dikenakan sanksi. Di Indonesia, langkah serupa bisa menjadi solusi untuk menekan angka kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh kelalaian teknis.

Kesimpulannya, ban motor botak bukanlah hal sepele yang bisa ditunda penanganannya. Ia adalah ancaman nyata yang mengintai setiap pengendara di jalan. Mengganti ban sebelum aus total bukan hanya soal kenyamanan, tetapi bentuk tanggung jawab terhadap keselamatan diri dan orang lain. Dalam dunia otomotif roda dua, ban yang sehat adalah fondasi utama dari perjalanan yang aman dan terkendali.

 

Tags

Terkini