Realitasonline.id - Teknologi otomotif modern semakin canggih dari tahun ke tahun. Salah satu inovasi terbesar adalah kehadiran ADAS (Advanced Driver Assistance System), yaitu sistem bantuan mengemudi yang dirancang untuk meningkatkan kenyamanan sekaligus keselamatan di jalan.
Fitur seperti Adaptive Cruise Control, Lane Keeping Assist, Automatic Emergency Braking, Blind Spot Monitoring, hingga Traffic Jam Assist kini sudah tersedia di banyak mobil baru, bahkan di segmen menengah.
Namun, meski membawa banyak manfaat, penggunaan ADAS bukan berarti mobil bisa sepenuhnya berjalan tanpa campur tangan pengemudi. Risiko kecelakaan justru meningkat ketika pengemudi terlalu mengandalkan teknologi ini dan lengah dalam mengemudi. Artikel ini akan membahas secara mendalam mengapa hal itu bisa terjadi dan bagaimana seharusnya ADAS digunakan.
Baca Juga: Mazda CX-30 Turbo 2025: DNA dalam Bentuk SUV Compact, Mampu Melesat dari 0–60 mph dalam 6,2 Detik
Apa Itu ADAS dan Bagaimana Cara Kerjanya?
ADAS adalah kumpulan teknologi berbasis sensor, radar, kamera, dan kecerdasan buatan yang membantu pengemudi dalam mengambil keputusan di jalan. Misalnya:
• Adaptive Cruise Control (ACC): menjaga kecepatan sekaligus jarak aman dengan kendaraan di depan.
• Lane Keeping Assist (LKA): membantu menjaga mobil tetap di jalurnya.
• Automatic Emergency Braking (AEB): melakukan pengereman darurat ketika sistem mendeteksi potensi tabrakan.
• Blind Spot Monitoring: memperingatkan jika ada kendaraan di area blind spot.
Fitur-fitur ini dirancang untuk mencegah human error, faktor penyebab mayoritas kecelakaan lalu lintas. Namun, pada kenyataannya, ADAS bukan pengganti manusia, melainkan hanya asisten.
Risiko Jika Terlalu Mengandalkan ADAS
1. Menurunnya Kewaspadaan Pengemudi
Banyak pengemudi merasa sistem ADAS cukup pintar untuk mengambil alih tugas mengemudi. Akibatnya, mereka lebih sering melamun, bermain ponsel, atau bahkan tertidur. Padahal, ADAS belum mampu menangani semua kondisi, terutama lalu lintas padat dan tidak teratur seperti di Indonesia.
2. Kesalahan Deteksi Sensor
Kamera dan radar bisa salah membaca situasi. Contoh, marka jalan yang pudar membuat Lane Keeping Assist gagal mengenali jalur. Begitu juga dengan pejalan kaki atau sepeda motor yang melintas tiba-tiba, terkadang tidak terdeteksi sempurna oleh AEB.
3. Keterbatasan Kondisi Jalan
ADAS lebih efektif di jalan tol dengan kondisi marka jelas dan lalu lintas teratur. Di jalan sempit, berlubang, atau dengan pengendara yang sering melanggar aturan, sistem bisa kewalahan dan justru membahayakan.
4. Kebingungan Pengemudi saat Sistem Gagal
Jika pengemudi terlalu percaya diri, ia bisa panik ketika sistem tiba-tiba tidak merespons atau meminta pengambilalihan kendali. Reaksi yang terlambat justru meningkatkan risiko kecelakaan.