Hal yang dapat dipertimbangkan untuk pertanian bawang merah varitas Batu Ijo ini adalah masa tanam hingga panen tanaman bawang merah terbilang sangat singkat, yakni hanya ± 75 hari saja, ketahanan tanaman di kondisi cuaca dengan curah hujan yang tinggi, serta permintaan dan harga jual di pasar cukup tinggi sehingga para petani sangat antusias dalam melakukan pertanian bawang merah.
Kalau dulu sampai saat ini bawang merah lebih dikenal dan dikembangkan di Kecamatan Muara sebagai lumbungnya komoditi bawang merah di Kabupaten Tapanuli Utara.
Bahkan tanah Pahae juga sudah terbukti memiliki potensi dan peluang untuk pengembangan tanaman bawang merah, tidak hanya komoditi durian atau coklat saja.
Baca Juga: Wajib Tahu! Ini Teknik Modern Tanam Bawang Merah: Buat Sehat dan Berkembang dengan Pasir
Nurmince Sitorus, salah satu petani yang didamping CSR SOL dalam pertanian bawang merah – menyampaikan rasa antusias dan optimisnya untuk terus mengembangkan tanaman bawang merah karena sudah merasakan sendiri hasil yang diperolehnya.
"Untuk penanaman tahap-2 ini saya sudah menambah luas lahan untuk ditanami bawang merah, di penanaman tahap-1 saya tanam seluas 2 rante (800 m²) saja, tetapi sekarang saya sudah menanam di seluas 2,5 rante (1.000 m²)".
Hasilnya sangat memuaskan dan meningkatkan ekonomi keluarga.” – pungkasnya seraya tersenyum lebar,katanya.
Baca Juga: Mengenal Bawang Dayak: Begini Tips dan Panduan dari Petani Berpengalaman Buat Pemula
Sementara itu, pihak SOL berharap para kelompok tani dampingan melalui program CSR ini dapat tetap melanjutkan pertanian bawang setelah tahap kedua selesai dilakukan karena dampak positif telah dirasakan secara nyata oleh setiap anggota sehingga kegiatan ini akan berkelanjutan dan kedepannya dapat menjadi salah satu sumber peningkatan ekonomi para petani binaan/dampingan.(MN).