Namun, pekerjaan belum selesai, sepanjang hari mereka harus menjaga padi yang sudah berwarna kuning dari serangan hama binatang liar semisal babi atau monyet.
Untuk memudahkan ketika memantau ladang, mereka berdua bermaksud mendirikan sebuah gubuk untuk berteduh. Mula-mula mereka harus meratakan tanah dengan cangkul.
Ketika si bungsu asik mencangkul tanah untuk diratakan, ia terkejut saat cangkulnya terbentur dengan benda keras di dalam tanah.
Merasa penasaran, si bungsu terus menggalinya dan menemukan Kudin atau kotak kecil yang terbuat dari kuningan.
Ia bergegas memanggil kakaknya. Berdua, mereka sama-sama membuka kudin tersebut, betapa terkejut, senang dan bahagianya mereka.
Ternyata di dalam kudin, mereka menemukan 2 emas yang berukuran, masing-masing sebesar kepalan tangan orang dewasa.
Kita bisa jadi orang kaya raya, sahut sang kakak. Hari sudah mulai gelap, dengan perasaan suka cita kakak-beradik itu pulang ke gubuk.
Selesai mandi, mereka berdiskusi tentang bagaimana caranya mendapatkan uang banyak dari emas yang mereka temukan.
Kesepakatan dibuat, esok sang kakak akan pergi ke kota untuk menjual emas tersebut, sedangkan sang adik seperti biasa, pergi ke ladang untuk menjaga padi yang akan segera dipanen.
Pagi sudah tiba, mereka berdua melakukan pekerjaan masing-masing, sesuai dengan kesepakatan, kakak ke kota dan adik ke ladang.
Sesampainya di kota, sang kakak menghampiri kumpulan orang-orang yang terlihat kaya dan menawarkan emas tersebut.
Namun mereka menawar harga terlalu rendah membuat sang kakak tidak memberikannya.
Tidak patah arang, sang kakak terus mencari calon pembeli emasnya, hingga akhirnya ada yang menawar emasnya dengan uang kertas dengan nilai terbesar.
Sebanyak satu karung penuh. Setelah mendapatkan uang yang ia inginkan, dia hendak pulang, bertemu dengan adiknya.
Sementara di ladang, sang adik baru saja selesai membuat ranjau yang mematikan di sekeliling ladang.