Oleh:Marudut Nainggolan,Penasehat PWI Bonapasogit
Dalam proses demokrasi, persaingan memperebutkan jabatan kepala daerah dapat dilakukan secara terbuka dengan menggunakan beragam cara untuk merebut simpati pemilih.
Cara termudah dan tercepat untuk menarik simpati pemilih adalah melalui ekspose pers massa termasuk sosial media.
Informasi wartawan adalah sarana bagi publik atau pemilih melakukan "fit and proper test" menjatuhkan pilihan calon kepala daerah.
Hal ini bisa dilakukan jika wartawan melaporkan berita secara benar dan profesional, setidaknya itu menurut aku.
Dalam proses pemilukada di Tapanuli Utara, menyentuh langsung kehidupan masyarakat yang sarat dengan filosofi Dalihan Na Tolu, kedekatan para calon dan pendukungnya bersifat nyata.
Dalam fungsinya sebagai sarana sosialisasi dan informasi, pers massa diharapkan ikut menciptakan proses Pilkada Taput yang adil, jujur, dan damai.
Baca Juga: Hendak Konfirmasi Terkait Dana Ketahanan Pangan Desa, Wartawan Diintimidasi Oknum Kades Marombun
Dalam pandangan saya, teman-teman Pers yang bertugas Tapanuli Utara dalam konteks proses pilkada Taput masih menghasilkan karya jurnalistik yang selalu berpegang pada prinsip jurnalisme yang profesional dan beretika.
Saya berkeyakinan teman wartawan tidak sampai terjebak menjadi alat perseteruan antar calon kepala daerah yang bersaing.
Baca Juga: Uji Kompetensi Wartawan Angkatan XVIII Digelar di Lhokseumawe
Kalaupun kita sebagai individu berkeinginan memihak pada calon tertentu bahkan menjadi corong atau menjadi tim sukses, akan lebih elok bila untuk sementara waktu cuti sebagai wartawan seperti himbauan dewan pers.