Proyek Setengah Matang di Batubara Sumatera Utara , Tiang Listrik dan Drainase Buruk Cemari Jalan Alternatif yang Dibangun DJKA

photo author
- Kamis, 30 Januari 2025 | 14:34 WIB
Terowongan yang harusnya jadi jalan penguhubung dari jalan lintas ke pedesaan tergenang air karna sistem drainase yang amburadul. (Realitasonline.id/GS)
Terowongan yang harusnya jadi jalan penguhubung dari jalan lintas ke pedesaan tergenang air karna sistem drainase yang amburadul. (Realitasonline.id/GS)

 

Realitasonline.id – Batubara | Jalan alternatif yang dibangun oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) di kawasan Bandar Tinggi – Kuala Tanjung Kabupaten Batubara Sumatera Utara justru menuai kritik tajam.

Infrastruktur di Kabupaten Batubara Sumatera Utara yang seharusnya meningkatkan konektivitas ini malah dipenuhi masalah. Mulai dari tiang listrik yang berdiri di tengah jalan hingga terowongan bawah rel yang kerap tergenang air.

Wakil Bendahara Pimpinan Wilayah Himpunan Mahasiswa Al Washliyah Sumut, Agung Nugraha menyoroti buruknya pengawasan dalam proyek ini.

Baca Juga: BRI UMKM EXPO RT dan Microfinance Outlook 2025 Bukti Nyata Komitmen BRI Berdayakan UMKM

Menurutnya, kondisi ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai standar perencanaan yang diterapkan.

"Apakah proyek ini benar-benar dirancang sesuai standar atau hanya untuk memenuhi target serapan anggaran?" ujarnya kepada wartawan, Kamis (30/1/2025).

Salah satu masalah paling mencolok adalah keberadaan tiang listrik yang berdiri di tengah badan jalan.

Kondisi ini tidak hanya mengganggu kelancaran lalu lintas, tetapi juga berpotensi menyebabkan kecelakaan fatal.

Baca Juga: Humas SMA Negeri 4 Kota Binjai Akui Silap, Meja Siswa Tertera Tahun 2022 dihapus Jadi 2023

Jika merujuk pada Undang-Undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, infrastruktur jalan harus memenuhi aspek keselamatan bagi penggunanya.

Keberadaan tiang listrik ini justru menjadi bukti nyata kegagalan koordinasi antara DJKA, PLN, dan instansi terkait.

Masalah lain yang muncul adalah terowongan bawah rel yang dibangun sebagai akses penghubung antara jalan desa dan jalan utama.

Alih-alih mempermudah mobilitas warga, terowongan ini sering tergenang air karena tidak dilengkapi sistem drainase yang memadai.

Akibatnya, masyarakat dihadapkan pada dua pilihan sulit: menerobos genangan yang berisiko atau mencari jalur lain yang lebih jauh. Hingga kini, tidak ada langkah konkret untuk mengatasi masalah tersebut.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ayu Kesuma Ningtyas

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Gubsu : Bantuan Korban Bencana Harus Tepat Sasaran

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:07 WIB
X