" Tidak cukup hanya diluncurkan, harus ada tindak lanjut berupa pelatihan rutin, program magang dan sistem evaluasi berkala. Organisasi mahasiswa harus menjadi tempat belajar nyata, di sana mahasiswa belajar kepemimpinan, komunikasi, dan etos kerja yang akan sangat dibutuhkan di dunia profesional, " ungkapnya
Dukungan lain datang dari Yudi, perwakilan Bank Indonesia Sibolga, yang menekankan pentingnya inovasi dan literasi. SPOMA harus mendorong mahasiswa untuk kreatif dan solutif, bukan sekadar ikut-ikutan. " Mahasiswa hari ini tidak cukup hanya aktif berorganisasi, juga harus melek literasi, kreatif dan inovatif. SPOMA harus menjadi pemicu lahirnya gerakan mahasiswa yang berpikir solutif dan tidak sekadar ikut-ikutan tren," kata Yudi.
Baca Juga: Gelar FGD Evaluasi Tahapan Pemilu 2024, KPU Palas Akan Perbaiki Kinerja Tahapan Pemilu Kedepan
Kepala Biro UIN Syahada Ali Murni selaku mentor proyek perubahan, mengingatkan bahwa SPOMA harus menjadi sistem yang hidup, bukan proyek sesaat.
Hal serupa disampaikan Coach Neneng Maria Kiptyah dari Posbangkom Kemenag RI dan menegaskan SPOMA milik institusi, bukan individu. “ Kalau semua merasa memiliki, kita akan jaga bersama, ” katanya.
Ratonggi Hasibuan, reformer dalam proyek ini menyampaikan, SPOMA terbagi dalam tiga pilar utama: penguatan kelembagaan, program pembinaan dan pengembangan, serta pembangunan jejaring eksternal.
Baca Juga: Gelar FGD Evaluasi Tahapan Pemilu 2024, KPU Palas Akan Perbaiki Kinerja Tahapan Pemilu Kedepan
Menurutnya, FGD ini juga menjadi forum evaluasi substansi SPOMA dengan melibatkan tokoh-tokoh dari NU, MUI, BI Syariah, akademisi dari berbagai PTKIN, hingga unsur mahasiswa dan alumni.
Selain itu, banyak peserta mengusulkan agar SPOMA disosialisasikan melalui workshop, coaching, dan simulasi, agar benar-benar membumi di kalangan mahasiswa. (RI)