Baca Juga: Polres Belitung Timur Tangkap 5 Tersangka, Dugaan Pengeroyokan Wartawan
Tidak jarang, ia juga turun tangan dalam kegiatan sosial dan pembangunan lingkungan madrasah, mulai dari membersihkan halaman hingga membantu perbaikan ringan bangunan.
“Saya merasa inilah bentuk nyata dari pengabdian sebagai guru. Bukan hanya mengajar, tapi juga ikut membangun karakter dan semangat anak-anak di sini,” tambahnya.
Meski berada jauh dari keramaian kota, Rani tidak merasa sendiri. Ia membentuk komunitas kecil bersama beberapa guru muda lainnya yang juga ditempatkan di daerah terpencil. Mereka saling menyemangati, berbagi materi ajar.
Kementerian Agama mengakui peran besar para guru CPNS seperti Rani dalam mengangkat kualitas pendidikan di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).
Kepala Madrasah tempat Rani mengajar Ridawati Sinaga menyampaikan rasa bangga dan terima kasih atas dedikasi para guru muda.
Baca Juga: Panduan Lengkap Berkunjung ke GIIAS 2025: Lokasi, Jadwal, dan Tiket Masuk
“Mereka adalah pahlawan sejati. Datang dengan hati, bekerja dengan ikhlas, dan memberi harapan bagi generasi penerus bangsa,” ujar Rahida.
Meski jalanan berlumpur, hujan deras, atau rindu kepada sang Suami dan Keluarga , Rani memilih untuk tetap bertahan. Baginya, menjadi guru bukan hanya profesi, tetapi panggilan jiwa.
“Saya percaya, pendidikan adalah kunci perubahan. Jika kita mau bergerak dan mengajar dari hati, maka perubahan itu akan nyata, meski dimulai dari pelosok terpencil,” pungkasnya.
Semangat Rani adalah potret dari ribuan guru muda di seluruh pelosok negeri yang rela meninggalkan kenyamanan demi mencerdaskan anak bangsa.
Di balik keterbatasan, mereka hadir membawa harapan. Di tengah heningnya hutan dan jalanan rusak, suara mereka menggema: “Kami ada untuk mengabdi.”(IW)