Cerita Nurbaini, Dari Sekolah Rakyat Hingga Jadi PPPK Kemenag di Dairi saat Usia Senja

photo author
- Sabtu, 6 Desember 2025 | 06:29 WIB
Senyum Nurbaini Maha saat menerima SK PPPK Kemenag. Memulai karir dari Sekolah Rakyat Ampera, kini berdiri tegap menjadi abdi negara tunaikan tugas hingga 1,5 tahun sebelum purna tugas.
Senyum Nurbaini Maha saat menerima SK PPPK Kemenag. Memulai karir dari Sekolah Rakyat Ampera, kini berdiri tegap menjadi abdi negara tunaikan tugas hingga 1,5 tahun sebelum purna tugas.

Realitasonline.id - Dairi | Senyum itu merekah pelan, seperti melepaskan lelah puluhan tahun. Di usia menuju 57 tahun, dengan masa tugas yang hanya tersisa 1,5 tahun sebelum purnatugas, Nurbaini Maha akhirnya menggenggam SK menjadi seorang PPPK Kementerian Agama Kabupaten Dairi.

Baginya, hari itu bukan sekadar pelantikan, melainkan jawaban dari doa yang ia bawa sepanjang hidupnya. Perjalanan Nurbaini tidak pernah mudah. Ia memulainya di tempat yang jauh dari gemerlap: SMP Rakyat Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat) pada awal 2000-an.

Sekolah kecil yang berdiri dari solidaritas masyarakat, tempat guru-gurunya menerima gaji dari uang komite yang kadang tidak mencukupi. Dua puluh tahun ia berdiri di depan kelas, mengajar tanpa janji masa depan, tanpa status, dan tanpa kepastian.

Baca Juga: SMAN 2 Abdya Kirim 201 Sak Beras Bantu Korban Banjir di Pidie Jaya

 

“Waktu itu saya tidak berpikir apa-apa soal status. Yang penting, saya bisa mengajar,” ucap Nurbaini pelan, seolah membuka pintu kenangan yang telah lama ia simpan.

Setelah 20 tahun yang sunyi itu, ia melanjutkan pengabdiannya sebagai Penyuluh Agama Islam di KUA Siempat Nempu Hilir. Di gang-gang kecil desa, di teras rumah warga, di ruang tamu yang sempit namun hangat, ia menemui masyarakat satu per satu.

Melalui Humas Kanwil Kemenag Sumut diterima, Jumat (5/12/2025), Ia bicara tentang sabar, tentang syukur, tentang menerima hidup apa adanya. Dakwah baginya bukan suara di mimbar, melainkan kehadiran di tengah masyarakat.
Namun perjalanan menuju PPPK kembali menguji ketabahannya.

Sebagai peserta Formasi Optimalisasi, ia harus siap ditempatkan jauh dari Dairi. Dan ketika pengumuman itu keluar, nama Nurbaini Maha tertera di Purwokerto, Jawa Timur. Sebuah kabar yang membuat tubuhnya lemas seketika.

 

Baca Juga: Prihatin, Pengungsi di Aceh Tengah Gunakan Air Parit untuk Cuci dan Kamar Mandi

 

“Saya sempat goyah, sungguh goyah. Saya tanya diri saya, sanggupkah saya? Usia sudah tidak muda. Jarak begitu jauh,” tuturnya menahan getar yang sempat kembali menguasai hatinya.

Malam itu, ia bergulat dengan pikirannya sendiri. Bagaimana mungkin ia meninggalkan suami dan anak-anak? Bagaimana memulai kehidupan baru ketika masa pengabdiannya tinggal 1,5 tahun lagi?

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Iin Prasetyo

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Gubsu : Bantuan Korban Bencana Harus Tepat Sasaran

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:07 WIB

Terpopuler

X