Dosen UINSU: Masyarakat Tapsel Butuh Pemimpin Cerdas dan Menguatkan Adat Budaya

photo author
- Kamis, 1 Januari 1970 | 00:00 WIB

TAPANULI SELATAN - Realitasonline | Sentimen primordial menjadi penting untuk menunjukkan sebuah identitas kelompok. Hal tersebut selaras dengan pandangan Clifford Geertz, seorang antropolog yang mengungkapkan tentang teori primordialime sebagai kekuatan kelompok etnik (etnic group) yang memiliki kesadaran kolektif akan kesamaan asal usul, bahasa dan adat istiadat.

“Dalam kepemimpinan tradisional di Tapsel jauh sebelum terbentuk negara Indonesia sampai sejak zaman Belanda sangat kuat peran adat (pemimpin/raja) sebagai kekuatan politik, sosial dan ekonomi, “ ungkap Dosen Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN-SU) dan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Suheri Harahap, MSi, Jum’at (24/1)

Tokoh pemuda yang lahir dan besar di Tapsel ini, mengatakan, politik sebagai sebuah cara dalam meraih kekuasaan telah mengalami pasang surut sampai saat ini. Artinya telah terjadi perubahan dari sistem tradisional ke sistem modern, dan menghilangkan kekuasaan adat. Dikatakannya, sistem pemerintahan di era sekarang sudah mengurangi bahkan meniadakan kekuasaan raja di Tapsel.

Menurutnya, era otonomi daerah dan desentralisasi dianggap jalan keluar bagi penyelesaian persoalan selama Orde Baru yang menggunakan cara-cara indoktrinasi, sentralisasi dan militerisasi (security approach).

“ Sistem politik (Pemilu) yang terus beradaptasi dengan kondisi zaman membuat kekuatan identitas budaya tidak lebih sebagai alat kekuasaan atau politisasi etnik. Konsep Pilkada mulai dari pemilihan perwakilan ke pemilihan langsung, telah diuji coba agar konsolidasi demokrasi semakin baik dan demokratis, ” terang mantan Sekretaris DPD KNPI Sumut ini.

Lebih lanjut ia menuturkan, Tapsel sebagai daerah di wilayah Sumatera Utara yang memiliki identitas budaya Angkola, dianggap memiliki wilayah teritorial yang seharusnya juga mempunyai wilayah kultural (identitas lokal) yang kuat, akan tetapi sering disebut wilayah identitas lokal ini sangat pragmatis sehingga sangat mudah dilemahkan dengan kekuatan uang dalam pertarungan politik, sehingga para aktor politik sangat mudah menguasai masyarakat yang bersifat instan.

“ Inilah salah satu tugas bersama untuk mengubah paradigma berpikir yang harus diretas dan diperkuat kembali semangat kolektifitas berdasarkan sentimen primordial yang positif bukan untuk alat politik saja demi meraih kekuasaan, “ tegasnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: [email protected]

Rekomendasi

Terkini

Gubsu : Bantuan Korban Bencana Harus Tepat Sasaran

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:07 WIB
X