Diungkapkannya, selama ini Pilkada Tapsel bukanlah pertarungan partai politik yang hanya mengusung treck record, kapasitas dan integritas serta moralitas, tapi sudah bergeser ke politik kepentingan kekuasaan, dimana yang terjadi adalah simbol pertarungan kekuasaan elit. Karena itu kata dia, perlu dibangun sebuah kekuatan baru yang memberikan pemahaman kepada rakyat akan hilangnya identitas kelompok yang merupakan pemilik sah wilayah.
“ Kita butuh gerakan baru politik identitas yang mencerminkan sebuah kedaulatan. Kedaulatan rakyat adalah kedaulatan tertinggi dalam melahirkan pemimpin. Identitas kita sudah mulai hilang dan akan dihilangkan, “ tegasnya.
Menurutnya, sudah satnya masyarakat Tapsel membangkitkakan rasa persatuan dan persaudaraan yang kuat, sehingga tidak hanya dimanfaatkan atas nama demokrasi dan stabilitas Pilkada.
“ Pendangan seperti ini bukan politisasi SARA, tapi ini untuk melawan tradisi kekuasaan yang masih digunakan untuk mempertahankan status-quo, dimana rezim akan bertahan jika rakyat masih mudah dibeli dengan uang, “ terangnya.
Suheri mengajak masyarakat Tapsel untuk kembali membangun kesadaran identitas budaya untuk kemajuan daerah, dimana pemimpin harus memperkuat sistem sosial masyarakat Angkola Sipirok.
“ Kesadaran untuk memperkuat SDM dari putra daerah akan tercermin dalam pengelolaan SDA Tapsel. Mari kita evaluasi pembangunan. Rakyat adalah subjek dan objek pembangunan. Rakyat tidak bodoh, rakyat tidak lapar dan rakyat juga punya masa depan, ” tuturnya. (RI)